Latte Factor, apakah ini nama minuman kopi kekinian? Eeeiitss, ternyata bukan itu. Milenial wajib tahu, latte factor adalah sebuah istilah keuangan yang diperkenalkan oleh pakar keuangan terkenal David Bach. Berbicara mengenai latte factor tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan keuangan.
Latte factor sendiri bukan hanya tentang konsumsi kopi yang berlebihan, tetapi juga mendeskripsikan berbagai macam pengeluaran kurang penting yang rutin dilakukan. Contoh, pengeluaran untuk membeli camilan, makan di luar, rokok, membeli minuman dalam kemasan, dan masih banyak lagi. Penggunaannya dalam latte factor merujuk pada kebiasaan orang yang tanpa sadar membeli kopi secara rutin dengan tujuan meningkatkan produktivitasnya.
1. Sulit untuk Berinvestasi
Menurut survei Share of Wallet dari Kadence International Indonesia, terlihat bahwa masyarakat hanya mengumpulkan 8% dari penghasilan untuk tabungan. Dengan uang sebesar itu, sebenarnya sulit bagi Kamu untuk menyiapkan masa depan atau menyisihkannya untuk berinvestasi dan melengkapi diri dengan asuransi yang juga termasuk investasi di masa depan.
2. Tidak bisa Mengontrol Pengeluaran
Karena dianggap hanya sebatas pengeluaran kecil yang tidak mempengaruhi keuangan terlalu signifikan, banyak orang yang masih santai melakukan kebiasaan membeli sesuatu yang sebenarnya dapat dibatasi. Tapi, coba hitung kembali berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk sesuatu yang menjadi latte factor Kamu.
3. Kebiasaan yang kurang Berguna
Masalahnya, kegiatan belanja, jajan adalah kegiatan yang menyenangkan karena itu merupakan sarana pergaulan, aktualisasi diri atau segudang alasan lainnya. Dan jika sudah menjadi kebiasaan (habit), maka Kamu cenderung akan sulit mengubahnya. Secara psikologis, Kamu akan merasakan kebahagiaan Anda berkurang jika Kamu harus mengurangi atau menghentikan suatu aktivitas atau kebiasaan yang Kamu sukai
4. Menjadi Konsumtif
Seperti pepatah yang mengatakan “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.”, pengeluaran ini tampaknya memang kecil, namun tanpa disadari, jika dilakukan secara terus menerus dan diakumulasikan maka jumlahnya ternyata bisa sangat besar lho. Bahkan nominalnya bisa mencapai double digit. Hmm, kalo sudah begini, sayang banget kan kalau uangnya terbuang sia-sia gitu aja.
5. Terlalu banyak Layanan yang tidak terpakai
Selain hobi membeli kopi dan nongkrong di kafe, serta rutin membeli camilan sore, ada beberapa kebiasaan yang relevan juga untuk pengeluaran kecil lainnya, misalnya membeli air mineral kemasan, persediaan camilan, belanja online, atau nonton bioskop.
6. Sulit Mencukupi Kebutuhan
Ketika Kamu tidak memiliki rencana untuk membuat daftar apa saja kebutuhan yang harus dicukupi, maka Anda akan kembali tenggelam dalam siklus membelanjakan uang tanpa menyadarinya. Karena Kamu tidak memiliki urgensi untuk menghemat uang, jadi mudah untuk membelanjakan uang untuk beberapa kenyamanan lain yang belum Kamu kenali.
7. Terlalu mengikuti Trend
Karena di zaman sekarang sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi sejak mereka kecil. Memasak nasi tak perlu pakai periuk, tren remote control, lalu diikuti dengan perkembangan gadget. Akibatnya, kebanyakan orang kerap mengeluarkan uang untuk sekadar memuaskan nafsu atau mengikuti tren yang sedang berlangsung
Setiap orang memiliki latte factor dengan jenis yang berbeda, yang biasanya tidak terlalu dipikirkan karena dianggap hanya hitungan receh. Apalagi, jika memiliki penghasilan yang sudah cukup besar dan belum punya tanggungan. Namun jika dampak ini dibiarkan, tanpa disadari total pengeluaran bisa sangat besar, lho!
Ada tips berguna buat kamu nih, 7 Tips Aman Jika Ingin Mengajukan Pinjaman Online