Perkembangan musik di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal ini tidak lepas dari peran besar Lokananta. Yang merupakan studio rekaman pertama di Indonesia. Studio yang berdiri sejak 29 Oktober 1956 ini terletak di kota Surakarta, Jawa Tengah. Memiliki fungsi utama menduplikasi bahan siaran RRI.
Perusahaan rekaman ini didirikan atas inisiatif R. Maladi dengan kawan-kawanya. Dengan nama Perusahaan Piringan Hitam Lokananta. Sebagai jawatan radio dari kementrian Penerangan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Pada tahun 1958 piringan hitam yang diproduksi perusahaan ini mulai dijual kepada masyarakat umum melalui RRI.
Mulai tahun 1961, Lokananta masuk dalam perusahaan di bawah negara dengan nama PN Lokananta. Dengan spesialis di bidang produksi, rekaman, pertunjukan seni dan lagu daerah, serta mencetak majalah. Studio Lokananta merupakan studio terbesar di Indonesia sampai saat ini. Diresmikan oleh menteri penerangan harmoko pada 1985, studio ini memiliki luas 14 x 31 meter.
Sebagai studio, perusahaan ini telah merekan berbagai mestro legendaris. Seperti lagu Rasa Sayange dan beberapa lagu daerah lain dalam satu piringan hitam. Pada 1962, piringan hitam tersebut dibagikan pada seluruh kontingen Asian games sebagai Souvenier from Indonesia (Asian Games 1962).
Selain itu, terdapat juga ribuan koleksi lagu daerah seluruh Indonesia, pop jadul, dan keroncong. Bahkan, terdapat juga rekaman pidato-pidato Bung Karno dan master proklamasi. Tersimpan juga lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, dan Titiek Puspa.
Kini, studio rekaman tersebut dijadikan tempat wisata. pengunjung bisa masuk dengan biaya Rp 25.000. Dengan harga ini pengunjung sudah mendapat tiket dan merchandise berupa stiker, gantungan kunci, booklet, dan tas kanva kecil. Di dalamnya pengunjung dapat melihat koleksi mesin yang pernah digunakan untuk merekam, dan berbagai piringan hitam.
Lokananta kurang lebih berarti “seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu”. Sekarang gamelan tersebut sudah tidak berbunyi merdu lagi. Bahkan sekarang mulai terlupakan seiring perkembangan zaman.
Biaya operasional untuk merawat museum dan piringan hitam tidaklah sedikit. Untuk menutupi anggaran yang dikeluarkan, Lokananta membuka jasa security printing khusus ijazah dan sewa lahan untuk futsal, food court dan kafe. Namun, saat pandemi futsal tidak lagi beroperasi dan digantikan oleh taewondo.
Pada 2020 Didi Kempot menggelar Konser Amal Dari Rumah yang diselenggarakan oleh Kompas TV. Konser tersebut berhasil menghasilkan dana Rp 7.6 milyar untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Masyarakat pun mulai mengenal kembali Lokananta sebagai studio.