Keluarga seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan lingkungan yang paling nyaman dan aman untuk kita tumbuh. Tapi tentu ada beberapa situasi ketika anggota keluarga malah membuat kita merasa enggak nyaman, tertekan, hingga stres. Ada kalanya yang terjadi di masyarakat, keluarga justru menjadi sumber trauma dan rasa takut pada anggota keluarga di dalamnya. Kondisi keluarga yang seperti inilah yang disebut sebagai toxic family.
Memiliki keluarga toxic (toxic family) seringkali tidak disadari oleh anggota keluarga. Biasanya, hal ini disebabkan oleh perilaku toxic yang terus-menerus dilakukan dan dianggap lumrah. Padahal, hal ini sangat berbahaya apabila dibiarkan berlarut-larut. Toxic family sebenarnya merujuk pada perlakuan anggota keluarga yang bisa saling menyakiti, baik secara fisik, mental, psikologi, dan emosi. Pelakunya tentu saja anggota keluarga sendiri.
Yuk, kenali tanda-tanda lingkungan keluarga yang toxic!
Apabila merasa tidak nyaman atau tidak suka berada di antara keluarga, terutama di sekitar anggota keluarga tertentu, mungkin hal itu karena sifat dan perilaku mereka. Ada beberapa situasi yang bisa menjelaskan kita tidak suka berada di sekitar mereka. Saat tersebutlah perlu dipahami bahwa mereka sangat toxic, seperti keengganan untuk berinteraksi dengan mereka. Perasaan tidak nyaman tersebut juga bisa timbul jika mereka sering kali memberikan perlakuan yang tidak mengenakan atau sering membuat kita merasa bersalah. Hasilnya, kita jadi gampang cemas hanya dengan berada di sekitar mereka.
Jika memikirkan seorang atau lebih anggota keluarga, bahkan sampai berulang-ulang selama berjam – jam setelah berinteraksi dengannya, kemungkinan ini bisa menjadi tanda bahwa Anda harus menjaga jarak dengannya. Terlebih apabila ada kecenderungan memikirkan hal negatif tentangnya.
Konflik di dalam keluarga adalah hal normal, namun jika ada anggota keluarga yang ‘beracun’, bahkan perbedaan sekecil apapun bisa berubah menjadi pertengkaran besar. Anggota keluarga yang toxic biasanya meluapkan amarahnya secara kasar dalam bentuk verbal dan non verbal. Selain itu juga bisa melemahkan kita dan selalu menganggap semua hal personal walaupun kita tidak bermaksud demikian. Dengan begitu, kita pun cenderung malas beradu argumen dengan mereka karena kerap merasa dipermainkan atau dianggap tidak serius. Bahkan lebih parah lagi jika mereka sudah menyerang karakter kita secara pribadi ketika sedang berdebat.
Sebagai satu keluarga seharusnya kita harus saling memahami satu sama lain, baik dengan orang tua ataupun dengan saudara. Ini diperlukan agar antar anggota keluarga tidak terjadi kesalahpaham satu sama lain, dan bisa menjadi sautu keluarga yang harmonis, yang menjadi tempat nyaman bagi semua anggota keluarga.
Orang tua berperan sangat penting untuk keharmonisan keluarga, apalagi jika terdapat balita dalam keluarga tersebuit. Itu sangat berpengaruh pada karakter dan mental anak tersebut.