Minimalisme dalam arsitektur bukanlah sebuah konsep baru, tetapi konsep ini semakin digemari untuk memaksimalkan penggunaan ruang. Mendirikan bangunan baru secara minimalis memang tak sulit, namun merenovasi rumah sendiri menjadi minimalis bisa membuat masalah besar. Hal itu lah yang dialami oleh Jean, karakter utama dalam film “Happy Old Year”.
Film “Happy Old Year” merupakan sebuah film Thailand karya sutradara Nawapol Thamrongrattanarit. Film ini diperankan di antaranya oleh Chutimon Chuengcharoensukying (Jean), Sunny Suwanmethanont (Aim) dan Padcha Kitchaicharoen (Pink). Jean adalah seorang wanita muda yang ingin kembali mengatur rumahnya menjadi kantor bergaya minimalis. Jean melakukan hal itu karena rekan kerjanya, Pink menginginkan mempunyai kantor yang layak untuk bekerja. Dia harus membuang semua barang yang ada di rumahnya termasuk barang pribadinya. Namun dia menghadapi masalah ketika dia menemukan beberapa barang yang berasal dari masa lalunya, dan barang-barang itu membuatnya kembali ke masa lalunya.
Karena Jean tinggal bersama kakak laki-laki dan ibunya, maka dia harus meminta ijin kepada keduanya untuk membuang barang-barang tersebut. Sang kakak, Jay menyambut baik keinginannya dan akan membantunya. Sedangkan ibu Jean sulit diyakinkan karena barang-barang tersebut mempunyai banyak kenangan akan ayah Jean yang sudah meninggal. Hingga akhirnya Jean dan Jay nekat untuk tetap mereorganisir barang-barangnya. Dengan membuang barang-barang lamanya, Jean hanya ingin melihat masa depan.
Seiring dengan ia menyentuh barang-barang yang menjadi saksi bisu hidupnya, emosinya terusik. Jean yang sangat dingin mulai goyah hatinya setelah sahabatnya, Pink menemukan CD lama di tempat sampah. Jean hendak membuangnya, tetapi Pink menginginkannya dan mengingatkan bahwa kaset tersebut ia yang beri. Masalah baru muncul ketika Jean menemukan kamera dan foto milik mantannya, Aim. Ia merasa bersalah ingin mengembalikan barang tersebut, karena waktu itu ia meninggalkan Aim begitu saja saat Jean bersekolah ke Swedia. Akhirnya Jean mengirim kamera itu lewat paket, namun paket itu ditolak dan dikembalikan lagi padanya.
Penasaran akan hal itu, Jean mendatangi rumah Aim untuk mengembalikan barang itu dan meminta maaf. Namun ternyata keputusannya ini berimbas kepada hal-hal lain dan menyakiti dirinya maupun orang lain secara psikis. Selain itu, Jean kesulitan untuk membuang piano ayahnya yang memberikannya banyak kenangan, terutama ibunya yang bersikukuh enggan membuang piano itu. Pada akhirnya, melepas barang penuh kenangan taksemudah memilih mana yang memicu kegembiraan.
Sutradara dalam film ini memang terlihat ingin menantang konsep berbenah ala Kondo. Jika Kondo memilih barang-barang yang hanya memicu kegembiraan saja untuk disimpan, Jean melihat ada nilai lebih dari barang-barang tersebut. Untuk membawa konsep ini dalam film Happy Old Year, Thamrongrattanarit mengusung minimalisme yang ingin dituju Jean. Bagaimanapun, konsep yang dibawa sang sutradara sangat menarik. Konsep bena-benah ala Kondo tidak boleh ditelan mentah-mentah. Film Happy Old Year menunjukkan bahwa spektrum emosi manusia luas, tidak hanya gembira atau tidak saja karena adanya perasaan yang jauh lebih kompleks.