CARA MARKETING KAREN’S DINNER KAYAK APASIH?

Trik Penamaan Bisnis

Karen’s Diner adalah sebuah franshice restoran dengan konsep pelayanan yang buruk.

Hah? Lah iya, memang begitu. Kalau di restoran lain, pelayanan pada pelanggan akan selalu dijaga baik-baik, pramusaji harus sopan, menghormati, dan ya … melayani dengan sepenuh hati, agar pelanggan senang dan puas. Akhirnya, diharapkan pelanggan akan kembali, syukur-syukur memberi tahu pada relasinya bahwa restoran tersebut makanannya enak, pelayanannya bagus, dan berbagai hal baik lain, sehingga mendatangkan pelanggan lagi.

Tidak demikian dengan Karen’s Diner.

Resto ini dinamai dari meme Karen yang ramai di tahun 2020-an. Karen digambarkan sebagai perempuan kaukasian, pirang, rasis, merasa selalu benar dan istimewa.

Di Balik Layanan Buruk Ternyata Ada Maksud Baik

So, mengikut dari karakter Karen yang “unik”, maka diharapkan para staf yang bekerja di Karen’s Diner juga menjadi … ya si Karen itu. Artinya, mereka adalah tukang mengeluh, dan cenderung rude alias kasar.

Sekilas, ide ini tampak menakutkan sih. Ya, memangnya siapa yang mau dicap sebagai restoran dengan pelayanan terburuk? Pramusajinya kasar, bahkan kadang mengumpat? Seakan kita minta dikasih bintang 1 di Google Map? Lalu siapa yang bakalan datang nanti?

Tapi, di situlah letak magic-nya. Ternyata, strategi itu bekerja dengan baik. Because, black marketing is the best marketing, right?

Memang. Di resto ini, pramusaji akan mengata-ngataimu, membanting makananmu, dan berbagai tindakan buruk lainnya. Meskipun mereka juga punya rambu-rambu, salah satunya dilarang keras untuk SARA. Bagian terbaiknya, kamu sebagai pelanggan juga diperbolehkan untuk melakukan hal yang sama pada mereka, sesuai dengan hal yang mereka berikan padamu.

Jadi, kalau misalnya, kamu merasa makanannya enggak enak, merasa nggak nyaman, dan punya berbagai keluhan, kamu bisa menyampaikannya pada mereka secara langsung tak perlu sungkan!

Jadi, dengan mendapatkan feedback secara langsung dan terbuka, pihak resto juga akan dapat dengan mudah mengetahui dan mengevaluasi, apa saja yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Tapi ya, jangan harapkan mereka akan kemudian memberikan reaksi positif juga. Mereka akan “berterima kasih” atas komplain kamu dengan cara yang “lain” pula.

Bahkan di website resminya, ada lo tagline “a place where you can complain until the cows come home because we literally don’t care.

Proposisi Penjualan yang Cerdas

Salah satu elemen branding yang penting adalah proposisi penjualan; kamu ingin men-“sinonim”-kan bisnismu ini dengan apa?

Contoh sebelum kita membedah proposisi penjualan resto unik ini. Misalnya, ada restoran yang konsepnya makan di penjara. Maka, saat kamu ingin mengajak orang lain, kamu mungkin akan berkata, “Eh, makan di resto yang kayak penjara itu yuk!” Atau mungkin, “Eh, udah pernah makan di resto yang kayak penjara itu belum?”

Kasus lain, misalnya ada kafe kucing. Kamu mungkin akan bilang, “Eh, kafe yang banyak kucingnya itu di mana sih lokasinya?” Atau, “Makan di kafe yang di dalemnya banyak kucing itu yuk! Gemezh banget deh, pengin makan ditemenin Meng.”

Kayak gitu kan? Memang ada sih resto yang dikenal dengan makanan ikoniknya. Misalnya, “Kamu kudu nyobain udon di kedai A deh. Enak banget gila, belum ada lawan!”

Tapi konsep dan strategi penjualan makanan ikonik ini tidak akan dapat berlaku di resto seperti Karen’s Diner yang menyediakan berbagai comfort food ala barat, kayak burger dan sebangsanya. Mengapa? Karena ada banyak resto lain yang menyediakan burger dan menu yang mirip, dan mungkin saja yang lain lebih ikonik. Kayak ada black burger, burger UFO, dan sebagainya.

Resto Karen’s Diner harus mencari cara lain agar mudah disebutkan oleh (calon) pelanggan.

Nah, dengan konsep pelayanan yang buruk ini, orang akan dengan mudah mengingat dan menyebut Karen’s Diner. Kayak, “Eh, mau nggak makan di resto yang pelayannya jutek itu?” Dan, orang akan langsung ingat pada Karen’s Diner.

Proposisi penjualan yang cerdas, bukan?

Sadari Kebutuhan akan Perkontenan

Zaman sekarang, yang namanya resto, kafe, coffee shop, enggak hanya sebagai tempat makan dan minum saja. Tapi ada kebutuhan besar dari pelanggan yang juga harus diakomodasi. Apa itu?

Kebutuhan perkontenan.

Karena itu, banyak kafe, resto, kedai, dan sejenisnya yang berlomba-lomba mencari cara supaya pelanggan suka dan kemudian membuat konten untuk diposting di akun Instagram dan lainnya. Cara-cara seperti membuat sudut-sudut selfie-able sudah banyak yang buat, diskon kalau share di media sosial juga sudah banyak yang melakukan. Semua itu sudah so yesterday.

Apa yang belum ada, dan berhasil dilakukan oleh Karen’s Diner?

Ternyata perilaku pelayanan di Karen’s Diner juga sangat Instagrammable dan TikTokable. Ingat bagaimana video Ellie Coleman jadi viral kan? Dan, sekarang kamu bisa lihat, di TikTok banyak banget video mengenai Karen’s Diner dari seluruh cabang yang ada di dunia. Semua menampakkan bagaimana “buruk”-nya pelayanan di Karen’s Diner.

Sebuah strategi marketing yang taktis dan mumpuni.

Karen’s Diner menyadari, bahwa 78% orang yang datang ke suatu tempat—seperti resto, kafe, sampai objek wisata juga—akan mengunggah pengalamannya ke akun media sosial masing-masing. Pun soal 61% Gen Z yang secara khusus selalu mengontenkan apa saja yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami ke media sosial.

Karen’s Diner memanfaatkan kecenderungan ini dengan sebaik-baiknya.

Dengan kekuatan TikTok, Reels Instagram, dan Shorts YouTube yang memang lagi pada naik penggunaannya, Karen’s Diner pun bisa mendapatkan perhatian dengan lebih cepat, dengan “memanfaatkan” pelanggan mereka sebagai staf marketing (tanpa dibayar).

Bagaimana tanggpan” Apabila Karens Dinner di indonesia?

1. Tak sesuai dengan etika di Indonesia
Sebuash utas pada akun Twitter @goodghan (16/12) menyebutkan bahwa Karen’s Diner yang hadir di Indonesia tidak sejalan dengan etika dan sopan santun yang masih dipegang teguh oleh orang Indonesia. Pasalnya datang ke Karen’s Diner banyak pelanggan yang tak hanya mengharapkan makanan tetapi pengalaman yang unik.

Walaupun memberikan pelayanan yang penuh dengan marah-marah kepada pelanggan tetapi Karen’s Diner dikatakan juga harus mengemas pengalaman itu dengan menyenangkan. “Kalau sampe yang ditawarkan jadi lebih banyak gimmick mara-marahnya ketimbang fun-nya, orang gak akan peduli makanannya seenak apa,” tulis akun @goodghan.

2. Ribut dengan YouTuber
Tak ingin ketinggalan kehebohan Karen’s Diner, seorang YouTuber bernama Indira Kalistha menyambangi restoran ini secara langsung. Bersama beberapa timnya, Indira memesan makanan dan berbincang langsung dengan para pelayan di sana.

Dalam video yang diunggah pada akun Instagram @indirakalistha dirinya justru bertengkar dengan salah satu pelayan di sana. Keduanya berteriak satu sama lain setelah Indira Kalistha disebut tak boleh marah-marah di Karen’s Diner.

Diserbu oleh empat orang pelayan sekaligus, Indira Kalistha juga disebut sebagai YouTuber tak terkenal yang terlalu banyak aksi. Tetapi Indira menyebutkan ada salah satu pelayan yang dirasa olehnya masih sopan saat melayani pelanggan walaupun berlaku jutek dan seenaknya.

3. Disebut gagal mengadaptasi Karen’s Diner
Karen’s Diner Indonesia dibandingkan langsung dengan Karen’s Diner yang telah beroperasi di luar negeri. Konsep yang kurang matang menjadi kekurangan dari gerai Karen’s Diner yang buka di Indonesia.
Perbedaan bahasa dan cara pelayanan dari para pekerja di sana menjadi yang paling diperhatikan oleh netizen. Cara marah-marah yang dilakukan pelayan Karen’s Diner dinilai cringe atau terkesan aneh-aneh dan terlalu dibuat-buat.

4. Melakukan body shaming dan merusak makanan
Melalui beberapa unggahan video netizen yang sudah mengunjungi Karen’s Diner Indonesia, restoran ini disebut menyalahi aturan. Hal ini karena banyak terdengar kata-kata yang merujuk pada body shaming atau penghinaan secara fisik kepada pelanggannya.

Padahal penghinaan fisik ini menjadi salah satu peraturan yang tak boleh dilontarkan oleh pekerja Karen’s Diner kepada pelanggannya. Berbeda dengan Karen’s Diner yang ada di luar negeri, para pelayan di sana hanya bersikap jutek dan cuek tanpa mengejek fisik pelanggan yang datang.

Selain itu kejadian seorang netizen yang mendapati makanannya ditumpahkan banyak saus juga membuat orang-orang mengernyitkan dahinya. Ada juga seorang netizen yang minta minumannya hanya menggunakan sedikit es batu, aksi pelayan Karen’s Diner Indonesia yang mengambil langsung es batu dengan tangannya dari gelas pelanggan dinilai perilaku yang tak higienis.

Peluang Kemitraan Karen’s Diner Saat ini Karen’s Diner membuka peluang secara global bagi siapapun yang ingin membuat franchise di wilayah manapun. Sehingga, ketika seorang pebisnis memutuskan menjadi mitra, maka seorang calon mitra dapat mengakses bemorekaren.com. Di sana, Anda dapat mengisi informasi personal, dengan pengajuan biaya investasi, sumber peminjaman dana, jumlah lokasi yang ingin Anda buka, rencana lokasi yang Anda inginkan, dan kesiapan Anda bergabung untuk melakukan pembukaan toko. Sayangnya, tidak ada informasi terkait berapa biaya yang diperlukan untuk membuka sistem franchise Karen’s Diner di Indonesia. Namun, tentunya biaya tersebut akan tergantung permintaan pasar dan jumlah restoran yang didirikan

Post Your Thoughts

Related Posts
21 Hari Membangun Habit Baru

21 Hari Membangun Habit Baru

Setiap orang mempunyai kebiasaan atau habit yang berbeda-beda. Kebiasaan akan suatu hal itu tercipta karena…

Pintar Vs Rajin? Siapa Yang Terbaik?

Pintar Vs Rajin? Siapa Yang Terbaik?

Dalam dunia akademik (sekolah atau kuliah) tidak heran jika seseorang yang dikenal pintar pasti banyak…

The Power Of 10 Ribu!

The Power Of 10 Ribu!

Zaman sekarang, uang dari penghasilan utama saja tidak terlalu cukup untuk memenuhi kebutuhan lain selain…

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.