Marak Startup PHK Besar-besaran, Apa Penyebab Sebenarnya?

Di Indonesia, tiga perusahaan startup melakukan PHK tahun ini yakni Edutech Zenius, perusahaan pertanian Tanihub, dan pembayaran LinkAja. Ketiganya sama-sama beralasan tengah melakukan penyesuaian bisnis.

Penyesuaian tersebut berdampak pada perubahan fungsi beberapa divisi termasuk terhadap kebutuhan pegawai di dalamnya. PHK juga diputuskan agar keberlanjutan perusahaan makin efisien serta sesuai kebutuhan. 

Sebelumnya, lewat keterangan resmi perusahaan Zenius menyatakan terkena dampak ekonomi sehingga 200 karyawan mereka harus meninggalkan perusahaan.

Namun, perusahaan memastikan akan melakukan skema PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, Zenius juga akan membagikan data pribadi karyawan kepada perusahaan sejenis dengan tujuan agar mereka segera mendapatkan pekerjaan baru. 

PHK pada perusahaan startup tidak hanya marak terjadi di Indonesia. Fenomena serupa juga terjadi di seluruh dunia. Melansir moneycontrol.com, PHK startup ini disebut sebagai akibat dari pergeseran hal-hal yang bernilai profit serta akuisisi pelanggan yang tidak terkendali. Di samping itu, resesi atau pelemahan ekonomi yang terjadi di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19. 

Start up memang jadi primadona bisnis di era ekonomi digital. Kehadirannya kerap hadirkan inovasi yang mampu mengubah dinamika bisnis. Beberapa di antaranya bahkan telah berkembang jadi perusahaan raksasa. Nama Gojek tentu jadi rujukan utama kesuksesan start up dalam negeri. Start up yang dibangun Nadiem Makarim ini telah sukses menyabet gelar start up Decacorn pertama di Indonesia.

Meski begitu, tidak semua start up bernasib sama seperti Gojek. Banyak di antaranya yang tidak mampu bertahan dalam ketatnya persaingan di era ekonomi digital. Kegagalan start up bertahan punya sederet faktor penyebab.

1. Tidak Diterima Pasar

Start up memang menghadirkan inovasi bisnis yang dipadukan dengan teknologi. Meski ditopang dengan inovasi dan teknologi yang canggih, keputusan pasar lah yang menentukan untung atau tidaknya produk start up. Sebab, tidak semua produk inovasi start up menguntungkan secara bisnis.

Ketidakcocokan kebutuhan pasar dan produk start up pula lah yang jadi alasan start up Qlapa gulung tikarStart up lokal ini merupakan marketplace bagi produk kerajinan tangan Indonesia. Beroperasi sejak 2015, start up ini sempat mencuat lantaran meraih penghargaan sebagai aplikasi unik dari Google Play Award tahun 2018. Qlapa juga digadang-gadang bakal bertransformasi jadi start up raksasa karena masuk jajaran start up paling menjanjikan versi Forbes Asia.

Misi Qlapa memberdayakan pengerajin lokal harus kandas karena bisnisnya tidak prospektif lagi. Selain itu, ketatnya persaingan e-commerce Indonesia membuat Qlapa semakin terpuruk dan resmi menutup layanannya pada Maret 2019 silam.

2. Kehabisan Dana

Sebagai perusahaan yang baru saja memulai bisnis, tidak heran banyak start up yang memerlukan ongkos lebih mengembangkan produknya. Start up juga ditopang oleh kehadiran investor yang menyediakan dana segar untuk mengembangkan produknya.

Kehabisan dana ini salah satunya ialah imbas Cash burn rate atau bakar uang yang tidak tepat. Alih-alih mendapat keuntungan, beberapa start up justru “sedot” habis dana investor hingga akhirnya alami kebangkrutan. Ketidakmampuan mengelola dana investor ini yang membuat JawBone, start up produsen alat elektronik bangkrut pada 2017 lalu.

Sebelum dinyatakan bangkrut, JawBone sempat meraih predikat “unicorn” setelah nilai valuasi nya mencapai 3,2 Miliar. Tidak hanya itu, start up bahkan telah mendapat pendanaan dari beberapa venture capital seperti Khosla Venture, Sequoia Capital, dan Kleiner Perkins Caufield & Byers. Namun, akibat terlalu sering “bakar duit”

3. Struktur Tim yang Tidak Tepat

Tim dengan beragam keahlian mutlak diperlukan dalam mengembangkan start up. Dengan memiliki tim yang kuat dan tepat, stabilitas start up lebih terjaga. Meski begitu, Zirtvual, start up virtual assistant lakukan blunder karena ketimpangan struktur tim, Start up ini gagal mengelola keuangan dan bisnis akibat tidak menempatkan Chief Financial Officer (CFO) di tubuh perusahaannya. Pengelolaan keuangan yang buruk itu, diakui oleh Maren Kate Donovan, CEO dari Zirvual membuat adanya ketidakseimbangan aspek bisnis dan teknologi Zirtual.

Akibatnya, Zirtual mengalami pemutusan hubungan kerja massal hingga operasional yang sempat terhenti. Hingga akhirnya, Zirtual diambil alih start up launch platform bernama startups.co 2015 silam.

4. Kalah Bersaing

Disrupsi kerap terjadi dalam dunia start up. Kehadiran start up di sektor yang sama tidak jarang membuat persaingan antar perusahaan tidak dapat dihindarkan. Di Indonesia sendiri, start up di sektor transportasi jadi salah satu yang paling banyak “memakan korban” .

Di sektor tersebut, Grab dan Gojek jadi start up yang mendisrupsi bisnis transportasi. Sebelum dikuasai Gojek dan Grab, beberapa start up ini sempat eksis di Indonesia. Mereka antara lain Uber, Ojekkoe, Topjek, Taxi Motor, Ladyjek, BluJek, dan Smartjek. Perusahaan tersebut harus gulung tikar karena Gojek dan Grab kerap “bakar duit” besar-besaran. Selain itu, nama-nama investor dunia membuat Gojek dan Grab lebih stabil secara pendanaan.

Di bawah ini daftar Startup di Indonesia yang melakukan pemangkasan karyawan dan penyesuaian bisnis pada tahun ini:

1.Shoopee Indonesia

Perusahaan e-commerce Shopee Indonesia melakukan PHK atas sejumlah karyawannya pada 19 September, sebagai strategi efisiensi perusahaan di tengah persaingan bisnis e-commerce yang ketat.Dia mengatakan, keputusan PHK karyawan Shopee ini merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh, setelah manajemen melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.

2. Indosat Ooredoo Hutchison

Operator telekomunikasi seluler Indosat Ooredoo Hutchison melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap lebih dari 300 karyawannya.Pihak manajemen Indosat Ooredoo Hutchison menawarkan paket kompensasi 37-75 kali upah.Indosat Ooredoo Hutchison menyebut telah menempuh langkah rightsizing yang berlangsung dengan lancar.Lebih dari 95 persen dari karyawan yang terkena dampak telah menerima penawaran paket PHK tersebut, sementara sebagian kecil sisanya masih mempertimbangkan tawaran tersebut.”Inisiatif rightsizing berjalan lancar sesuai rencana dan telah diterima dengan baik oleh sebagian besar karyawan yang terkena dampak. Prosesnya sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan telah dilakukan dengan pertimbangan matang, yang dilakukan secara objektif dan fair,” ujar Director & Chief of Human Resources Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Irsyad Sahroni.

3. Tokocrypto

Platform perdagangan aset kripto, Tokocrypto juga melakukan pemutusan hubungan kerja(PHK).Vice President Corporate Communications Tokocrypto, Rieka Handayani mengatakan,keputusan PHK diambil karena perusahaan melakukan perubahan strategi bisnis.Pihak Tokocrypto pun mengurangi 20 persen dari total 225 karyawannya atau sekitar 45 orang. Meski melakukan PHKTokocrypto berjanji akan merekomendasikan karyawan mereka yang di PHK kepada perusahaan-perusahaan web3 dan blockchain yang selama ini telah menjadi mitranya.Rieka menjelaskan, perubahan strategi bisnis ini sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi pasar kripto dan ekonomi global.Tokocrypto akan memperkuat kembali bisnis utama sebagai exchange platform serta memisahkan T-Hub dan TokoMall menjadi entitas yang berbeda.“Tokocrypto telah menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan ekosistem industri kripto, karena itu harus mampu beradaptasi cepat dengan perubahan. Langkah internal yang diambil juga salah satunya mentransfer beberapa karyawan kepada bisnis unit yang telah menjadi entitas berbeda yaitu T-Hub dan TokoMall,” kata Rieka.

4. Line

Line sempat menjadi sorotan di media sosial karena dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 80 karyawan di Indonesia.

Melansir dari CNN, kabar tersebut beredar di media sosial sejak 31 Mei. Meski demikian, pihak LINE sudah memberikan klarifikasi bahwa PHK memang terjadi, namun jumlah karyawan yang terdampak tidak sampai ke angka yang disebutkan.

5. Xendit

Startup fintech Xendit melakukan PHK terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina. 
Chief Operating Office Xendit Tessa Wijaya mengatakan perusahaan melakukan pertimbangan matang sebelum mengumumkan PHK.



Categories: Tak Berkategori

Post Your Thoughts

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.