Quarter Life Crisis & Cara Mengatasinya

Quarter Life Crisis zilennial

Bagi Anda kaum Millennial tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah quarter life crisis, atau krisis seperempat abad. Krisis ini lumrah terjadi pada saat usia 18-30 tahun. Meskipun hal tersebut normal terjadi, tetapi tidak banyak yang tahu mengenai informasi tersebut.

Lalu, sebaiknya apa yang harus kita persiapkan dan lakukan saat menghadapi krisis tersebut, terutama bagi Gen Z  atau kaum Zilennials yang saat ini berusia 25 tahun ke bawah. Bagaimana cara menghadapinya?

Krisis seperempat abad ini terjadi ketika banyaknya pilihan dan permasalahan yang dihadapi oleh seseorang yang sedang memasuki fase dewasa. Dimana seseorang yang berusia 18-30 tahun mulai merasa kehilangan arah, bingung, khawatir, dan cemas berlebihan terhadap kualitas hidup di masa depan.

Quarter life crisis yang dihadapi Gen Z ini tidak lepas dari rasa belum move on semasa masa remaja yang mereka alami sebelumnya. Mereka belum siap memasuki dunia “orang dewasa”. Itulah mengapa keputusan yang mereka ambil masih cenderung labil.

Apakah semua orang mengalami Quarter Life Crisis (QLC)? Jawabannya belum tentu. Menurut survey yang dilakukan LinkedIn 75% dari reponden berusia 25-33 mengaku pernah mengalami QLC dengan rata-rata usia 27 tahun.

Meskipun merupakan krisis yang umum terjadi, masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami krisis. Sehingga, mereka mengalami kesulitan karena tidak paham apa yang terjadi pada diri mereka dan bagaimana cara mengatasinya.

Krisis Seperempat Abad

Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapinya. Berikut adalah cara mengatasi QLC yang bisa kamu terapkan terutama untuk para Zilennials.

1. Terima Diri Kamu Apa Adanya

Hal pertama yang harus kamu terapkan adalah dengan accept yourself menerima keadaan, kondisi diri kamu sendiri. Setiap manusia memiliki pencapaian berbeda dengan kemampuan yang berbeda-beda pula. Kamu harus yakin dengan diri kamu sendiri.

Ingat apa yang kamu lihat belum tentu sama dengan kenyataanya. Apalagi di media sosial seperti instagram, orang hanya membagikan sisi terbaik mereka. Teruslah belajar dan bekerja keras, jika kamu merasa jenuh di rumah kamu bisa pergi ke perpustakaan, kafe, atau coworking space.

2. Just Do It!

Terlalu lama berpikir akan membuat kita semakin bingung dan ragu-ragu. Mulailah ubah keraguanmu menjadi tindakan konkrit. Misalnya, kamu bingung ingin bekerja apa nanti saat sudah lulus dan harus mengasah skill apa. Kamu dapat memulai dengan mencari kegiatan positif.

Kamu bisa ikut bekerja sebagai relawan, kegiatan sosial, atau magang. Dengan mengikuti kegiatan tadi, kamu bisa tahu rasanya bekerja dan skill apa yang harus kamu kuasai untuk membantu kita lebih berkembang lagi.

3. Temukan Lingkungan yang Suportif

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa lepas dari hubungan dengan manusia lain. Lingkungan atau yang biasa anak sekarang menyebutnya sebagai circle sangat berpengaruh bagi perkembangan diri kita. Saat memasuki fase dewasa memang circle pertemanan akan mulai mengecil.

Namun, kita harus pintar dalam memilih teman. Jangan sampai di usia yang rentan dengan quarter life crisis ini kita malah terjebak di lingkungan yang toxic yang akan menambah beban hidup. Carilah lingkungan yang bisa membuat kamu lebih baik.

Selain itu, kamu bisa mengatasinya dengan membangun relasi. Di coworking space kamu bisa bekerja sendiri atau dengan beberapa rekanmu. Dengan bekerja di coworking space kamu bertemu dengan orang yang berbagi tempat denganmu.

Di coworking space El Samara kamu sangat mungkin menemui orang dengan perusahaan dan profesi yang berbeda-beda. Secara tidak lansung kamu bisa membangun relasi dan memiliki komunitas baru. Tentu sangat menyenangkan bukan?

Post Your Thoughts

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.