Bagi yang berkecimpung di dunia perdagangan saham, pasti pernah berjumpa dengan beberapa saham yang di pom-pom oleh individu atau kelompok. Pom-pom Saham adalah istilah untuk menghasut orang agar membeli atau menjual suatu saham pada waktu tertentu. Hal ini sangat bermanfaat untuk menaikan/menurunkan harga dengan cepat. Pom-pom saham identik dengan saham gorengan, yakni saham lapis tiga yang sedang aktif-aktifnya dinaikkan dengan cepat oleh bandar saham. Saham yang di pom-pom umumnya lapis tiga karena saham-saham ini memiliki market cap yang kecil dan harga sahamnya pun rendah.
Bandar saham adalah orang-orang yang berasal dari perusahaan sekuritas atau kelompok tertentu untuk menaikkan harga suatu saham. Mereka memompa saham agar naik tinggi dengan menyebar sentimen dan rumor tertentu. Padahal, sebelumnya saham tersebut seringkali kurang likuid, teknikalnya tidak jelas, dan pergerakan sahamnya pun tidak beraturan. Umumnya, pelaku pom-pom saham membeli saham tertentu, lalu menghasilkan profit, dan kemudian mengajak orang lain membeli saham yang ia miliki. Mereka ini adalah oknum yang tidak mengajak orang secara langsung. Akan tetapi mereka membentuk opini publik yang bisa menggiring orang membeli atau menjual saham tertentu.
Dalam hal ini tidak semuanya diuntungkan, mengingat ada banyak orang yang membeli atau menjual dengan harga yang berbeda. Korban dari tindakan ini pun banyak sekali, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada beberapa orang yang meraih keuntungan dari pom-pom tersebut. Rata-rata korbannya adalah seseorang yang baru bergabung dan belum memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman tentang dunia saham. Banyak orang-orang yang membeli saham hanya berdasarkan rekomendasi atau ajakan yang subyektif atau hanya berdasarkan pada pandangan pribadi seseorang tersebut.
Para investor saham sebaiknya menganalisa saham secara mandiri dan obyektif. Jangan mudah terpengaruh dengan ajakan yang belum jelas. Pahami pula analisa teknikal dan fundamental perusahaan tersebut secara obyektif sebelum membeli, jangan hanya karena ikut-ikutan saja. Selain itu, aturlah mental diri dan psikologi dengan baik, jangan membeli saham tanpa analisa kembali.