Pernahkah kalian mendengar informasi bahwa minat baca orang Indonesia itu rendah? Kenapa bisa begitu? Menurut survei kelas dunia, orang Indonesia tak suka membaca buku. Penelitian tentang literasi ini sering dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat membaca penduduk di berbagai negara belahan dunia. Survei kelas dunia dilakukan oleh PISA (Progran for International Student Assessment) tahun 2015 dan UNESCO pada tahun 2016. Penelitian PISA dilakukan terhadap 70 negara di dunia dengan responden pelajar berusia 15 tahun. Sedangkan UNESCO melakukan penelitian terhadap 61 negara di seluruh dunia.
Dari hasil penelitian PISA, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari total 70 negara dan menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% dan menempati peringkat 60. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Ironinya, angka ini berbanding terbalik dengan jumlah pengguna internet yang mencapai 132,7 juta orang. Apa saja penyebabnya?
Penyebab rendahnya minat baca orang Indonesia salah satunya adalah karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat yang berada di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Seorang peneliti di Balitbang mengatakan bahwa ada korelasi antara akses dengan kebiasaan. Para pegiat literasi melihat bahwa minat baca orang Indonesia cukup tinggi, tapi potensi tersebut belum terwujud menjadi perilaku dan kebiasaan.
Dari data Kemendikbud Indonesia mengungkapkan bahwa anak di Indonesia Timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya karena kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar. Keterbatasan itulah yang membuat 4 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki tingkat literasi terendah, yakni Papua, NTB, Sulawesi Barat, dan NTT. Salah satu faktor pemicunya adalah kurangnya fasilitas, seperti buku bacaan dan perpustakaan.
Karena buku asli Indonesia kebanyakan mempunyai materi yang tidak menarik, maka anak-anak lebih terpikat dengan buku terjemahan dari luar negeri. Ada bahaya yang membayangi, yaitu anak Indonesia bisa terasing dari lingkungannya sendiri karena banyak anak yang lebih tau hewan di belahan bumi lain ketimbang hewan asli Indonesia. Dengan begitu peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk bisa mencetak literasi baca yang lebih baik lagi.
Kebanyakan orang Indonesia dalam mempelajari sesuatu lebih menyukai melihat video atau mendengarkan, tidak dengan membaca. Padahal jika membaca dijadikan sebagai kebiasaan, maka minat membaca akan terus muncul dan tumbuh. Kebiasaan membaca buku sendiri dipercaya mendatangkan berbagai manfaat. Selain menambah wawasan, membaca buku juga bisa meningkatkan kemampuan otak untuk menurunkan risiko penyakit Alzheimer. Kebiasaan membaca buku juga dapat meningkatkan empati dan hubungan sesama apabila yang dibaca adalah buku fiksi. Hal itu terjadi karena kecenderungan untuk menempatkan posisi pada cara pandang tokoh dalam buku tersebut.
Untuk menumbuhkan minat baca orang Indonesia, pemerintah mengatasi dengan cara memanfaatkan teknologi internet dan gadget serta perangkat elektronik lain terutama untuk daerah terpencil.