Sudah pernah mendengar atau mengenal sandwich generation? Jika belum, inilah artikel yang tepat untuk Anda baca karena dalam artikel ini mengulas mengenai siapa itu sandwich generation ? Kenapa bisa terjadi? Lalu apa saja solusinya?
Istilah sandwich adalah daging atau sosis yang diapit oleh dua potong roti. Ssssttt…., tapi dalam artikel ini tentunya tidak dibahas mengenai sandwich dalam artian makanan😊. Namun dalam artikel ini, Sandwich dianalogikan karena terdiri dari beberapa lapisan yang saling menghimpit. Orang yang teridentifikasi sebagai sandwich generation diibaratkan berada di bagian tengah dari tumpukan tersebut. Orang yang berada di tengah tersebut merupakan generasi yang memiliki pendapatan.
Sandwich Generation merupakan istilah bagi generasi yang terhimpit secara finansial untuk mencukupi kebutuhan dua generasi sekaligus. Generasi tersebut menanggung kebutuhan generasi di atasnya yakni orang tua dan generasi di bawahnya yakni anak-anak. Jika Anda sudah menikah dan punya anak, namun di saat yang bersamaaan menanggung kebutuhan orang tua atau bagi Anda yang belum menikah yang terhimpit untuk membiayai kebutuhan sendiri dengan keperluan keluarga maka Anda termasuk ke dalam posisi sandwich generation.
Sandwhich Generation tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Fenonema ini banyak terjadi di berbagai lintas negara di dunia. Sandwich generation terjadi karena kurang tepatnya dari generasi sebelumnya (orang tua) dalam merencanakan keuangan untuk masa pensiun di hari tua. Sehingga mereka (sandwhich generation) yang harus menanggung biaya-biaya orang tuanya termasuk biaya kesehatan.
Saat muda apabila tidak cermat dalam mengelola keuangan untuk jangka panjang, alhasil saat tua cenderung akan bergantung pada anak-anaknya secara finansial. Lahirlah Sandwich Generation. Harapannya adalah Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga Anda bisa memutus mata rantai Sandwich Generation.
Untuk memutus mata rantai sandwich generation, yang bersangkutan idealnya memiliki penghasilan yang memadai. Anda harus berusaha menyiapkan perencanaan keuangan yang baik sedini mungkin untuk biaya-biaya yang sekiranya besar. Lalu jangan lupa menyisihkan penghasilan untuk tabungan dan investasi. Pengelolaan keuangan harus lebih bijak dan pengaturan pengeluaran sudah pasti harus dilakukan. Dengan begitu, ke depannya tidak menyusahkan generasi di bawah Anda.
Sementara itu, bagi Anda yang belum berkeluarga harus bisa mengatur dengan baik antara jumlah pendapatan dan pengeluaran kebutuhan. Ada 3 porsi yang perlu diatur yaitu uang yang perlu disisihkan untuk orang tua dan uang untuk kebutuhan pribadi Anda, serta investasi untuk masa depan. Jika Anda memiliki penghasilan yang pas-pasan Anda harus bisa mengatur prioritas mana yang penting untuk diutamakan.
Berada pada posisi sandwich generation tentunya akan membuat kesulitan mengatur keuangan apabila tidak ada perencanaan keuangan yang baik. Dengan jumlah tanggungan yang besar, tantangan finansial generasi sandwich tidaklah kecil.
Melihat fenomena ini tentu membuat kita bertanya-tanya, bagaimana cara meminimalisasi mengahadapi generasi sandwich ini?
Berikut beberapa solusi mengelola keuangan untuk sandwich generation agar tetap sehat mental dan sehat finansial :
Sangat penting menata mindset sejak awal bahwa menanggung penghidupan orang tua di masa pensiun dan hari tua merupakan suatu kesempatan emas. Hal tersebut guna untuk membalas kasih sayang mereka selama ini dan termasuk bakti seorang anak terhadap orang tua.
Dengan begitu, kewajiban menghidupi orang tua yang sudah sepuh tidak lagi terasa sebagai kewajiban apalagi beban, melainkan sebagai keharusan yang pantas. Menerima dan mensyukuri kondisi yang ada, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengatur langkah selanjutnya.
Membicarakan secara terbuka pada pasangan mengenai situasi yang Anda hadapi. Hal ini supaya ada pengertian dari pasangan ketika suatu saat keluarga kecil Anda menemui tantangan finansial. Dengan begitu, pasangan merasa dihargai karena Anda tidak diam-diam membagi penghasilan ke orang tua.
Di lain pihak, Anda juga perlu mengkomunikasikan apa adanya pada orang tua mengenai biaya-biaya apa saja yang bisa dan tidak bisa Anda tanggung sesuai dengan kemampuan finansial yang ada.
Fokus mengamankan lebih dulu pos-pos utama yang penting. Apabila Anda menanggung juga kebutuhan orang tua, siapkan pos nafkah untuk orang tua di urutan yang sama penting. Baru setelah itu alokasikan untuk pos yang sifatnya sekunder dan tersier.
Adapun untuk pengeluaran tabungan atau investasi, Anda bisa menerapkan prioritas lagi dengan mengutamakan tujuan keuangan yang paling mendesak dipenuhi. Jangan lupakan juga untuk tetap memperhatikan rencana dana pensiun Anda.
Menghidupi orang tua bukan hanya kebutuhan hidup sehari-hari mereka terpenuhi saja. Tetapi termasuk biaya kesehatan orang tua juga harus terpenuhi. Seiring usia, orang tua yang semakin menua biasanya lebih sering mengalami risiko kesehatan. Risiko kesehatan ini bila tidak Anda kelola dengan baik, rentan mengguncang arus kas keuangan. Jadi, dalam hal ini perlu untuk memiliki asuransi kesehatan, penyakit kritis dan jiwa bagi Anda dan orang tua Anda.
Apabila Anda bukan anak tunggal, jangan segan mengajak kerjasama saudara kandung Anda untuk bersama-sama menanggung kehidupan orang tua sesuai kemampuan finansial masing-masing. Anda bisa berbagi tugas dengan saudara Anda, pos mana yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan begitu, kewajiban menghidupi orang tua tidak menjadi beban finansial yang memberatkan karena ditanggung bersama. Tidak perlu memaksakan kontribusi saudara kandung apabila kondisi keuangan mereka memang belum memungkinkan.
Saya tidak tahu apakah Anda termasuk generasi sandwich atau tidak. Generasi sandwich bukanlah sebuah “nasib”. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan, selama mau mencobanya sejak dini. Jadi, jangan pasrah akan keadaan.
Sumber referensi :
https://finansial.bisnis.com/read/20190507/55/919603/cara-memutus-mata-rantai-sandwich-generation
http://avrist.com/lifeguide/2019/10/15/jurus-mengelola-keuangan-untuk-generasi-sandwich/