Kebudayaan Kota “The Spirit of Java”

Tahukah kalian kota “The Spirit of Java”?
Yaps, kota “The Spirit of Java” merupakan slogan yang diberikan untuk Kota Solo yang berarti Solo adalah jiwanya Jawa. Sebagai Kota “The Spirit of Java”, Solo terkenal memiliki beraneka ragam warisan budaya. Hal itu karena sampai saat ini Solo masih mempertahankan kebudayaan Jawanya yang masih sangat kental. Bagi Anda yang berasal dari Solo dan sekitarnya tentunya sudah tidak asing lagi dengan budaya-budaya Solo. Namun lain halnya bagi Anda yang berasal dari luar Jawa Tengah kemungkinan belum banyak yang tahu budaya-budaya khas Solo. Tapi jangan khawatir bagi Anda yang belum tahu kebudayaan Solo itu apa saja sih? Untuk menjawab pertanyaan tersebut inilah artikel yang tepat untuk Anda yang ingin mengetahui kebudayaan Solo.

Berikut beberapa kebudayaan khas Solo :

1. Sekaten

Sekaten adalah perayaan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap bulan Maulud. Pada tanggal 12 Maulud mulai jam 08.00 hingga 10.00 WIB akan diadakan beberapa rangkaian acara yang disebut Grebeg Maulud. Rangkaian Grebeg Maulud meliputi:

a. Tabuhan Gamelan Pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari

proses penabuhan dua buah gamelan yang dibawa dari keraton ke Masjid Agung Solo pada tanggal 5 maulud. Kedua gamelan tersebut terus ditabuh hingga menjelang pelaksanaan Grebeg Gunungan Sekaten yang akan dilaksanakan 7 hari kemudian.

b. Jamasan Meriam Pusaka Kyai Setomi

Proses membersihkan meriam pusaka yang terletak di Bangsal Witono, disebelah utara Keraton Kasunanan Surakarta yang diilakukan 2 hari sebelum Grebeg Gunungan Sekaten.

c. Pengembalian Gamelan Pusaka ke dalam Keraton

proses ketika para abdi membawa gamelan kembali ke dalam keraton yang dilakukan sebelum pemberian sedekah Raja. Gamelan Kyai Guntur Madu langsung dimasukkan ke dalam ruang pusaka, sedangkan milik Kyai Guntur Sari diletakkan di depan Sasana Sewaka. Kyai Guntur Sari akan dibawa dan ditabuh lagi untuk mengiringi Hajad Dalam Gunungan Sekaten ke Masjid Agung.

d. Pemberian Sedekah Raja

Raja Sinuhun Pakoboewono memberikan sedekah kepada rakyatnya berupa makanan tradisional dan hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan dan estri. Gunungan ini akan diarak menuju Masjid Agung diiringi oleh seluruh sentana dan abdi dalem, para prajurit serta gamelan Kyai Guntur Sari yang dimainkan kembali sambil berjalan. Gunungan ini akan didoakan oleh ulama Keraton di Masjid Agung kemudian dibagikan kepada seluruh warga. Grebeg Gunungan digelar bersamaan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni tanggal 12 Maulud (Tahun Jawa).

2. Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro adalah perayaan yang diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Banyak hal yang ditampilkan dalam perayaan ini seperti kesenian barongsai, tarian, pakaian tradisional, adat keraton sampai kesenian kontemporer yang digelar di sepanjang Jalan Sudiroprajan. Arak-arakan tersebut akan berhenti di depan Klenteng Tien Kok Sie, di depan Pasar Gede. Puncak perayaannya dilakukan dengan perebutan hasil bumi dan makanan yang disusun dalam bentuk gunungan.

Tradisi rebutan ini didasari oleh falsafah jawa berbunyi “ora babah ora mamah” yang artinya “jika tidak berusaha maka tidak makan.” Sedangkan bentuk gunung memiliki filosofi bahwa masyarakat Jawa senantiasa bersyukur pada Sang Pencipta. Selain gunungan hasil bumi, gunungan Grebeg Sudiro juga ada yang disusun dari ribuan kue keranjang, kue khas orang Tionghoa saat menyambut Imlek. Gunungan itu diarak di sekitar Kawasan Sudiroprajan, diikuti dengan pawai dan kesenian Tionghoa serta Jawa. Perayaan ini diakhiri dengan menyalakan lentera dan lampion berbentuk teko yang digantung dibatas gerbang Pasar Gede.

3. Sadranan

Sadranan adalah sebuah ritual untuk mengirimkan doa kepada para arwah leluhur dan ahli waris yang sudah meninggal dunia. Ritual ini diadakan setiap bulan Ruwah atau setiap menjelang bulan puasa Ramadhan. Acara yang paling utama adalah pembacaan doa Yasin dan tahlil zikir bersama. Uniknya, semua masyarakat datang berbondong-bondong untuk mengikuti upacara adat ini untuk bersilaturahmi dan menjalin persaudaraan dengan saling mengunjungi rumah per rumah. Maksud dan tujuan lainnya yaitu ikut mencari berkah kepada para leluhur yang telah meninggal dunia. Kuatnya nilai-nilai tradisi pada masyarakat yang masih menjalankan didasari oleh keyakinan bahwa setelah upacara tradisional Sadranan dilaksanakan, maka dalam bekerja untuk mencari nafkah akan diberikan kelancaran dan kemudahan.

4. Kirab 1 Suro

Kirab 1 Suro adalah acara untuk merayakan tahun baru 1 Suro. Acara tersebut berupa keliling kota sejauh 3 km. Pusaka-pusaka yang dianggap memiliki kekuatan magis dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana jawa jangkep. Kirab yang berada di depan adalah sekelompok kebo bule bernama Kyai Slamet, sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di belakangnya. Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran yang dilaksanakan pada malam hari menjelang tanggal 1 Suro.

5. Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang sangat disakralkan dan hanya digelar dalam waktu tertentu yang dilakukan setiap 8 tahun sekali. Tarian ini dulunya hanya dimainkan oleh 7 orang wanita saja. Dalam perkembangan selanjutnya, karena merupakan tarian yang sangat sakral dan istimewa maka harus dimainkan oleh sembilan penari. Delapan penari dari kalangan kerabat keraton. Konon, satu lagi dibawakan oleh sang Ratu Nyai Roro Kidul sebagai tanda hormat terhadap keturunan raja dinasti Mataram. Hal yang membuat tarian ini sangat sakral adalah persiapan pementasan yang mengharuskan para penari mengikuti beberapa aturan dan upacara. Malam sebelum tari ditampilkan, para penari harus tidur di Panti Satria, daerah yang paling suci di istana. Latihan harus dilakukan tiap Selasa Kliwon.

6. Solo Batik Carnival

Solo Batik Carnival adalah event tahunan berskala besar yang diadakan untuk melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan batik kepada masyarakat luas. Batik merupakan salah satu warisan budaya dan hasil tradisi Kota Solo. Beraneka ragam kreasi kostum yang disusun dari beragam corak batik diperagakan oleh kurang lebih 300 peserta tiap tahunnya. Acara ini pertama kali digelar pada tahun 2008 dalam bentuk karnaval sepanjang jalan Slamet Riyadi. Berangkat dari Solo Center Point dan berakhir di Balaikota Surakarta. Tema Solo Batik Carnival tiap tahun selalu berbeda. Mulai dari tema Wayang, Topeng, Sekar Jagad, Keajaiban Legenda, dan Metamorfosis. Sebagai ikon wisata baru kota Solo, Solo Batik Carnival telah beberapa kali ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata untuk mewakili Indonesia dalam ajang  internasional seperti Chingay Festival di Singapura, Malaysia Association of Tour and Travel Agents (Matta) Fair, dan SBC yang tampil di Tournament of the Rose Pasadena, California, Amerika Serikat.

Sumber Referensi :
http://anisfebriyani.blogspot.com/2015/10/solo-atau-yang-biasa-juga-disebut-kota.html
https://phinemo.com/adat-solo-yang-unik/

Post Your Thoughts

Related Posts
Ke Solo? Oleh-Oleh Khas Solo

Ke Solo? Oleh-Oleh Khas Solo

Solo adalah salah satu kota paling populer di Jawa Tengah yang memang memiliki banyak sekali…

Ekonomi Sentris, Apa Itu?

Ekonomi Sentris, Apa Itu?

Apa itu Ekonomi Sentris? Ekonomi sentris, juga disebut sebagai ekonomi berbasis pusat, adalah jenis sistem…

Pasar-Pasar Tradisional Di Solo

Pasar-Pasar Tradisional Di Solo

Sebagai Kota Budaya, Solo senantiasa melestarikan pasar tradisional di tengah pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan modern…

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.