Komunitas Mantra Gula Kelapa merupakan salah satu komunitas di Solo yang berkecimpung dalam dunia kesenian. Resmi dibentuk pada tanggal 3 Agustus 2019, yang bertepatan pada Hari Tari Sedunia. Dengan rasa cinta yang terus berkembang untuk tetap melestarikan budaya di Nusantara. Komunitas Mantra Gula Kelapa adalah sebuah kesenian yang lebih cenderung pada kesenian tari yang di kombinasikan dengan teater. Yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah kesenian kontemporer.
Nama Komunitas Mantra Gula Kelapa terinspirasi dari Majapahit. “Gula” yang identik dengan merah artinya berani, dan “Kelapa” identik dengan putih artinya suci. Alhasil dapat kita ibaratkan dengan Kue Putu yang tercampur menjadi satu kesatuan yang berciri khas.
Melasir pada poskita.co menjelaskan bahwa, latar belakang penamaan Komunitas ini dengan melihat peristiwa aktual yang terjadi di negeri ini beberapa waktu ke belakang. Gula klapa adalah bendera Majapahit dan kemudian dipakai oleh negara Republik Indonesia menjadi merah Putih. Konsepsi tentang merah putih diambil dari darah dan sperma, dan ketika ruh dimasukkan oleh sang pencipta Allah SWT, maka menjadi hidup yang diharapkan menjadi generasi yang tangguh lahir batin dalam mengarungi kehidupan di atas bumi Merah Putih atau Gula Klapa.
Dalam perjalanannya, Ibu Pertiwi selalu hadir menjadi saksi. Baik saat susah dan menderita maupun di saat bahagia. Oleh karena itu cintailah Ibu Pertiwi dengan sungguh-sungguh. Untuk mewujudkan rasa cinta adalah dengan menyumbangkan apa yg kita punya dan bisa. Jika dilandasi rasa cinta dan kasih sayang pada pertiwi maka yang ada hanya menjaganya. Jadi mantra gula klapa adalah doa untuk ibu pertiwi.
Dalam cerita Mantra Gula Kelapa adalah doa pada ibu Pertiwi. Doa yg ditembangkan dengan cinta. Dan kita tahu betul bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah majemuk dan beragam. Oleh karena itu kita mengambil slogan Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu dari mpu Tantular. Jangan mencari perbedaan tapi carilah persamaannya. Dengan cinta kita menjaga pertiwi dengan perbedaannya.
“Kau punya bunga apa hai pemuda-pemudi Indonesia, kau punya Bunga Melati, sumbangkan kepada konde Ibu Pertiwi dan seterusnya”.
Bung Karno
Dalam Sesi #NgobrolBareng #SASAMI Fajar Satriadi mengungkapkan bahwa, Komunitas Gula Kelapa turut bergabung untuk memeriahkan pementasan di berbagai event seperti. Festival candi di Jogja, Solo International Perfoming Art (SIPA), melakukan pementasan di Candi Cetho Karanganyar. Selain itu, banyak tokoh penari di kota Surakarta yang juga pernah berkolaborasi dengan Matah Ati.
Selain Fajar Satriadi selaku penggagas utama, ada tokoh lain juga yang menjadi role
mode seperti Ibu Pujiani Triplek, sebagai pelatih vocal dan tari putri. Dalam event Tarian Doa Untuk Ibu Pertiwi. Pujiani Triplek sebagai pemeran utama mengungkapkan “Sebagai peran utama saya mendapat kepercayaan dari seorang koreografer, merasa senang bahwa semua orang tahu kapasitas beliau sudah diakui secara umum oleh masyarakat tari secara nasional maupun internasional”.
“Pengalaman jadi peran utama sebagai Ibu Pertiwi atau Dewi Tanah campur aduk ada rasa was-was, khawatir jadi satu. Kebetulan saya main bersama pemain-pemain pemula semua dikatakan teman-teman bukan dari penari profesional. Dan Saya harus berpasangan dengan seorang yang belum mengenal dunia tari sama sekali dalam event seperti ini jadi masih harus momong istilahnya. Sebetulnya bebannya cukup berat, kita juga waktu latihan sama para penandu Ibu Pertiwi tidak pernah komplit selalu berganti orang sehingga untuk mencari momen yang tepat untuk mendarat juga susah, tapi kenyataannya alhamdulillah di hari pertunjukkan kita berhasil. Saya juga sangat bahagia dan bersyuku”.. sambung Pujiani Triplek.
Dari berbagai event yang diselenggarakan oleh Komunitas Mantra Gula Kelapa ialah semoga kelak para pelaku dan semua crew dalam pertunjukan ini bisa mendapatkan pelajaran yang berharga terutama dalam wilayah wawasan dan paham sebagai performance yang baik. Karena sebuah kesenian muncul dari diri masing-masing pelakunya. Tujuan ke depannya masih ada lagi proses bersama atau pengembangan terhadap pertunjukan mantra gula kelapa dengan prespektif yg berbeda pula. Selain itu, untuk Penonton diharapkan dapat menikmati pameran dengan baik.