Nama Susi Pudjiastuti mulai dikenal banyak masyarakat saat didaulat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun 2014. Ibu Susi Pudjiastuti lahir di Pangandaran pada tanggal 15 Januari 1965. Beliau berasal dari keluarga asli Jawa Tengah yang sudah lima generasi hidup di Pangandaran. Ayahnya bernama H. Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hj. Suwuh Lasminah, mereka mempunyai usaha ternak di Jawa Tengah lalu dijual di Jawa Barat. Bu Susi dikenal sebagai seorang wanita yang tangguh dan nyentrik sehingga berani membuat gebrakan-gebrakan untuk perairan Indonesia.
Kiprah bisnis seorang Susi Pudjiastuti berawal dari ketertarikannya terhadap bisnis peternakan yang dijalani keluarganya. Hingga akhirnya saat menginjak pendidikan SMP, ia mencoba untuk berjualan. Disaa remaja seusianya memikirkan cinta, ia justru sudah menggeluti bisnis pakaian hingga suatu ketika memutuskan untuk berhenti sekolah. Karena dia hidup di lingkungan nelayan, Susi kemudian mengambil keputusan untuk menekuni bisnis jual beli ikan dengan modal hanya sekitar Rp 750.000.
Berawal dari bisnis jual beli ikan tersebut, ia juga mulai menawarkan ke restoran-restoran namun tak sedikit juga yang percaya dengan kualitas ikannya. Namun hal itu tidak menyurutkan tujuannya. Karena konsistensinya tersebut dalam menawarkan dan memilih ikan berkualitas tinggi, maka akhirnya cukup banyak restoran yang menjadi konsumennya. Kegigihannya itulah yang kemudian mengantarkan dirinya untuk semakin dikenal lingkup konsumen yang lebih luas. Bisnisnya berkembang hingga tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang diberi merek “Susi Brand”.
Berawal dari kebutuhannya mengangkut hasil produk lautnya, akhirnya tahun 2004 Susi membeli dua pesawat Cessna Caravan menggunakan pinjaman bank BUMN. Kemudian ia mendirikan PT ASI Pudjiastuti Aviation khusus untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan Pangandaran ke Jakarta. Dengan menggunakan pesawat, lobster yang dikirim lebih segar dan tingkat kematiannya pun jadi lebih rendah. Keberhasilannya menyingkat waktu pengiriman produk perikanan akhirnya berkembang menjadi bisnis aviasi. Disaat awalnya dia hanya berniat meminjamkan pesawat untuk mengangkut bantuan tragedi tsunami Aceh, namun kemudian banyak organisasi kemanusiaan yang menyewanya. Sampai tahun 2012, perusahaan penerbangan milik Susi telah mengoperasikan setidaknya 50 pesawat berbagai tipe.
Susi Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan secara resmi pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, ia melepas semua posisinya di beberapa perusahaan miliknya untuk menghindari konflik kepentingan sebagai menteri dan sebagai pelaku bisnis. Selain itu, alasan lain adalah agar dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Selama menjabat, Susi dikenal sangat giat dalam memberantas penangkapan ikan ilegal di laut Indonesia. Ia tak segan-segan menenggelamkan kapal terutama milik asing yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia. Dalam rentang waktu November 2014 hingga selesai masa jabatannya Oktober 2019, sebanyak 556 kapal pencuri ikan ditenggelamkan. Selama dua tahun kebijakan tersebut diterapkan, stok ikan Indonesia bertambah 5,4 juta ton atau sekitar 76%.
Kebijakan tersebut memunculkan berbagai respon positif maupun negatif. Respon negatifnya adalah beberapa orang menilai bahwa penenggelaman kapal akan merusak ekosistme laut dan terumbu karang. Namun, Susi menjelaskan bahwa kapal ditenggelamkan di lokasi yang tidak ada terumbu karangnya, malah justru berpotensi menjadi terumbu karang. Sebelum ditenggelamkan, kapal-kapal tersebut sebelumnya sudah dibersihkan dari benda yang berpotensi merusak lingkungan. Sedangkan respon positif yang diterima oleh Susi adalah apresiasi dari World Wide Fund for Nature (WWF) sebagai ‘Leaders for a Living Planet Awards’ atas komitmennya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan di Indonesia.
Selain penenggelaman kapal, komitmen Susi pada perlindungan sumber daya kelautan dengan larangan menangkap ikan dengan pukat yang dinilai dapat merusak lingkungan. Susi juga membatasi penggunaan jaring cantrang yang bisa merusak ekosistem dasar laut. Selain itu, cantrang juga menarik ikan-ikan kecil maupun biota laut yang bukan target penangkapan. Kebijakan lain yang dikeluarkan Susi Pudjiastuti adalah larangan ekspor benih Lobster. Ia beralasan bahwa ekspor benih akan membuat kerusakan ekologi karena permintaan dari luar negeri yang sangat tinggi menyebabkan eksploitasi besar-besaran.
Dari sifat gigih dan dermawannya Bu Susi dapat dijadikan isnpirasi meraih kesuksesan dalam hidup. Ketika sesuatu harapan diikuti dengan keyakinan dan konsistensi, maka akan dengan mudah kesuksesan mengiringi langkah.