Resesi ekonomiadalah kondisi penurunan produk domestik bruto (GDP) suatu negara selama lebih dari dua kuartal dalam setahun sehingga pertumbuhan ekonominya bernilai negatif. Resesi dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, bahkan kebangkrutan ekonomi.
Fenomena ini telah kita rasakan pada tahun 2020 saat awal pandemi covid-19 menyerang. Saat itu, resesi ekonomi Indonesia menyebabkan berkurangnya lapangan kerja dan banyak pegawai dirumahkan. Meskipun kini kondisi telah kembali normal, Anda perlu mengetahui serba-serbi resesi sebelum menjalankan bisnis.
Penyebab Resesi Ekonomi
Pemicu terjadinya resesi adalah hal-hal terkait ekonomi dan teknologi. Faktor ini saling berkaitan satu sama lain. Berikut penjabarannya.
Guncangan Ekonomi Guncangan perekonomian seperti yang disebabkan oleh wabah covid-19 merupakan salah satu penyebab resesi ekonomi Indonesia. Hal ini ditandai dengan lemahnya daya beli akibat kesulitan finansial masyarakat maupun perusahaan.
Tingginya Suku Bunga Selanjutnya, penyebab resesi adalah tingginya suku bunga. Di satu sisi, nominal yang tinggi berfungsi untuk melindungi nilai mata uang, namun di sisi lain, hal ini akan membebani debitur dan menyebabkan kredit macet. Jika terjadi secara besar-besaran, maka dapat menyebabkan kolapsnya perbankan.
Kehilangan Kepercayaan Investor Investasi merupakan aspek penting dalam pengembangan ekonomi. Oleh karena itu, perlu adanya iklim yang kondusif dari segi proyek strategis maupun keamanan agar meraih kepercayaan investor. Apabila investor kehilangan kepercayaan mereka, perkembangan ekonomi akan lesu sehingga produksi menurun, pengangguran meningkat, dan daya beli melemah. Imbasnya, perekonomian negara akan jatuh ke jurang resesi.
Inflasi inflasi adalah kondisi naiknya harga barang dan jasa selama periode tertentu. Daya beli masyarakat pun melemah karena mereka mengurangi pengeluaran. Akibatnya, produksi barang dan jasa menurun. Hal ini tentu memicu pengangguran, kemiskinan, hingga berujung pada resesi.
Deflasi Fenomena deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa. Meskipun dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membelinya,penurunan terus-menerus akan membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah. Akibatnya, daya beli justru melemah dan perusahaan mengurangi aktivitas produksi.
Gelembung Aset Berikutnya, penyebab resesi adalah fenomena gelembung aset. Hal ini terjadi ketika masyarakat membeli properti seperti rumah, real estate, maupun saham yang nominalnya tinggi dengan spekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan. Akibatnya terjadi inflasi, namun kali ini objeknya adalah properti.
Ciri-Ciri Resesi Ekonomi
Setelah mengetahui pengertian dan penyebabnya, Anda juga perlu melihat gejala ketika fenomena ini terjadi. Nah, ciri-ciri resesi ekonomi adalah sebagai berikut.
Impor Lebih Besar Dibanding Ekspor Ciri yang pertama adalah impor yang lebih banyak dibanding ekspor. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan berbagai kebutuhan dari luar negeri, maka akan beresiko pada defisit anggaran. Akibatnya, pendapatan nasional menurun dan berimbas pada resesi.
Pertumbuhan Ekonomi Melemah Hingga 2 Kuartal Berturut-Turut Melemahnya pertumbuhan ekonomi hingga dua kuartal berturut-turut merupakan indikasi suatu negara mengalami kemerosotan finansial. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor-impor. Jika ini terjadi, maka resesi sulit untuk dihindari.
Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang Jika jumlah produksi jauh di atas tingkat konsumsi, maka terjadi penumpukan stok barang. Namun konsumsi yang lebih banyak dibanding produksi juga bisa mendorong impor besar-besaran. Jika hal ini terjadi, pengeluaran akan membengkak dan laba perusahaan dalam negeri menipis. Hal ini tentu memicu resesi.
Lapangan Kerja Menurun Ketika jumlah lapangan kerja berkurang, maka secara otomatis, akan ada semakin banyak pengangguran. Selain menunjukkan lemahnya ekonomi, kondisi ini juga dapat memicu kriminalitas. Semakin banyak tindakan kriminal yang terjadi, tatanan sosial dan keamanan pun akan goyah. Jika hal ini dibiarkan, investor dapat kehilangan kepercayaan untuk menanam modalnya lagi.
Dampak Resesi Ekonomi
Resesi ekonomi adalah fenomena global yang dampaknya dapat dirasakan oleh hampir semua kalangan, diantaranya sebagai berikut.
Pemerintah
Resesi menyebabkan pendapatan negara yang bersumber dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah, hal ini karena penghasilan masyarakat menurun, dan harga properti pun anjlok. Hal ini memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara. Meningkatnya pengangguran juga membuat pemerintah harus membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Padahal, pendapatan negara sedang merosot. Akibatnya, jumlah pinjaman ke bank asing akan meningkat.
Perusahaan
Resesi adalah salah satu faktor kebangkrutan bisnis. Ketika suatu perusahaan gulung tikar, pendapatan akan menurun gratis sehingga memicu PHK dan penurunan penghasilan pegawai. Jika hal ini terjadi, daya beli semakin melemah dan jumlah permintaan tentu berkurang drastis.
Pekerja
Salah satu pihak yang terkena dampak resesi ekonomi adalah pekerja. Selama perekonomian lesu, mereka terancam kehilangan pendapatan utama. Apalagi jika terkena PHK, mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampaknya pun tak hanya bagi perekonomian pribadi, namun juga kestabilan sosial dan iklim investasi suatu negara.
Cara Mengatasi Resesi Ekonomi
Setelah mengetahui apa itu resesi ekonomi, rasanya tak lengkap jika kita tidak mengetahui cara mengatasinya. Untuk mempelajari lebih lanjut, simak uraian berikut ini.
Memperbanyak Belanjaan Salah satu cara mengatasi resesi ekonomi adalah dengan memperkuat daya beli melalui belanja besar-besaran. Meskipun demikian, Anda juga perlu mempertimbangkan kondisi finansial agar pengeluaran tetap terkendali.
Mengembalikan Kepercayaan Investor Selain memperkuat daya beli, resesi dapat diatasi dengan membuat kebijakan dan proyek-proyek strategis untuk membangun iklim investasi agar investor tertarik menanamkan modalnya kembali.
Bantuan UMKM UMKM merupakan salah satu sektor yang terdampak resesi, namun, ketika terjadi krisis usaha jenis ini memiliki daya tahan lebih baik dibanding perusahaan besar karena beroperasi di lingkup kecil. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan finansial agar kegiatan produksi tetap berjalan.