Review Film Chasing Coral (2020)

Tidak diragukan sebagian besar orang telah membaca berita tentang terumbu karang di seluruh dunia yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu, “Chasing Coral” karya dari Jeff Orlowski bisa menjadi pengubah dalam hal persepsi publik. Film ini menggambarkan kasus yang kuat tanpa melalui argumen dan dengan menggunakan bukti visual.

Alam bawah laut menyimpan berjuta ragam keindahan hayati. Mulai dari gugusan terumbu karang, gerombolan ikan, sampai berbagai jenis “mahluk aneh” lain yang tinggal di bawah sana. Semuanya memancarkan pesona warna-warni kehidupan yang begitu ajaib nan memikat. Tapi sayangnya, kini kita dipaksa menerima informasi yang tidak mengenakkan: bahwa segala keindahan alam itu sedang beranjak rusak. Populasi terumbu karang dunia yang dulu penuh warna kini telah banyak yang memutih dan sekarat, bahkan mati mendadak.

Kenyataan pahit itulah yang tersaji secara apik dan menarik dalam film Chasing Coral (2017) karya Jeff Orlowski. Lewat tayangan dokumenter berdurasi 90 menit ini, Orlowski mengajak kita untuk menyaksikan langsung fenomena coral bleaching yang tengah mengancam ekosistem perairan global.

“Dua puluh sembilan persen karang di Great Barrier Reef memutih dan mati massal hanya dalam waktu setahun, dan itu terjadi karena laut berubah menjadi panas. Ini adalah alarm untuk kita semua,” ujar Orlowski dalam sebuah wawancara di media internasional.

Tampaknya tidak diragukan lagi bahwa peristiwa kerusakan terumbu karang merupakan akibat dari perubahan iklim global. Film ini menunjukkan bahwa 93% dari kenaikan suhu diserap oleh lautan, sehingga sementara perubahan iklim menyangkal perubahan di permukaan dan atmosfer bumi. Laut adalah tempat terjadinya kerusakan paling besar dan tak terbantahkan. Dan tidak ada yang tahu apa efek akhir dari ini. Prediksi berkisar dari bencana ringan hingga bencana total merupakan tanda terganggunya ekosistem global.

Sejak awal, mata penonton terpesona oleh dunia di dalam air, dan mudah untuk membayangkan betapa menyenangkannya berkeliling dengan durasi yang panjang dengan pemandangan seperti itu. Tapi ada masalah di bawah, dan filmnya langsung mengarah ke sana. Film berakhir dengan menegaskan kemungkinan memulihkan ekosistem terumbu karang melalui perubahan perilaku manusia. Tapi itu tentu saja harus dimulai dengan kesadaran akan masalah. Film ini diproduksi oleh Netflix. Di sini juga mungkin bahwa teknologi dapat membantu merangsang solusi. Memang, berkat jangkauan jaringan, dalam beberapa hari film tersebut mungkin dilihat oleh lebih banyak orang di seluruh dunia.

Cek Review yang mungkin Kamu suka, Review Film Naomi Osaka (2021)

Post Your Thoughts

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.