Black Swan? Angsa Hitam? Apakah benar-benar ada? Padahal yang kita tahu hanya Angsa yang berwarna putih. Tetapi, sebenarnya angsa hitam memanglah ada, pertama kali ditemukan oleh Willem de Vlamingh pada tahun 1697 di Australia bagian barat. Nah, dalam buku The Black Swan Rahasia Terjadinya peritiwa-peristiwa langka yang tak terduga yang di tulis oleh Nassim Nicholas Taleb, yang dimana kita dapat mengetahui tentang hal-hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Dari sudut pandang Nassim Nicholas Taleb, menunjukan bahwa manusia memiliki batasan yang serius mengenai pengetahuan yang kita miliki.
Yang dimana sebenarnya kita terlalu naif dan bodoh untuk mengakui adanya Black Swan. Maksud dari Black Swan disini adalah, kita menganggap bahwa semua angsa itu berwarna putih, padahal ada jenis angsa yang berwarna hitam (Black Swan), dengan kita mengabaikan angsa hitam yang memang jarang terlihat. Karena memang black swan ini spesies langka, yang termasuk hewan endemic. Jadi secara bebas, Black Swan yang memang hewan langka dengan kemunculan yang ekstrim yang memang jarang terjadi dan sulit diterima. Dan tidak semua kejadian ekstrim ini adalah kejadian ekstrirm positif ataupun negatif.
Black Swan ini bagaikan kejadian-kejadian acak yang sepertinya tidak memungkinkan untuk terjadi, namun memiliki konsekuensi yang dalam kehidupan masyarakat. Contohnya adalah adanya pandemi Covid-19. Di pandemi yang tidak diprediksi sebelumnya yang berdampak pada seluruh kehidupan manusia. Kita hanya meramalkan berdasarkan kejadian masa lalu, yang dimana Covid-19 ini tidak ada di masa lalu, yang nyatanya terjadi di masa kini.
Dan juga, serangan teroris 9/11 di Gedung WTC Amerika Serikat, turunnya harga saham dikarenakan meledaknya Dot-com bubble, dan kehadiran internet. Dari dua peristiwa tersebut memang tidak ada yang bisa meramalkan, kalaupun bida munkin hanya bagian kecil saja. Oleh karena itu Taleb, menjelaskan bahwa jalannya masa depan akan semakin sulit untuk diprediksi seiring berjalannya waktu, Walaupun pertumbuhan dalam ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Menurut Taleb, sejarah itu buram. Kita dapat mengetahui apa yang terjadi setelah semuanya berlalu, namun kita tidak dapat melihat naskah yang yang melatar belakangi kejadian sebelum semuanya terjadi. Kebanyakan orang merasa percaya diri dengan prediksinya karena mereka membuat prediksi berdasarkan sejarah. Namun manusia sering lupa bahwa waktu mempunyai cara untuk mengejutkan kita dengan kejadian yang tak lazim.
Dari dalam buku ini taleb memperumapakan pada seekor kalkuan, yang dimana dalm sudut pandangnya. Umat manusia adalah mahluk yang baik. Manusia lah yang merawat dia sejak dia lahir hingga dewasa. Setiap kali manusia memberi makan, kalkun tersebut semakin yakin bahwa manusia menginginkan hal yang terbaik untuknya. Sampai suatu ketika, sesuatu yang tak diharapkan terjadi. Kalkun tersebut dibunuh, dibersihkan bagian luar dan dalamnya serta diisi tubuhnya dengan berbagai macam bumbu untuk disajikan pada perayaan hari Thanks giving. Tangan yang memberinya makan juga menjadi tangan yang mengakhiri hidupnya.
Lalu apa hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut? Di sini Taleb ingin menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar mengetahui sesuatu yang kita ketahui. Kita sering terlalu percaya bahwa sesuatu yang sudah terjadi pada masa lalu, akan terjadi lagi pada masa depan. Bisa saja, sesuatu yang kita percayai ini menuntun kita kepada jalur yang salah dan tidak relevan dengan keadaan kita sekarang. Dari fenomena ini, kita juga bisa pelajari bahwa manusia secara natural mempunyai kecenderungan untuk mencari pembenaran terhadap apa yang kita percayai. Kelemahan ini sering sebut dengan confirmation bias yang berarti kita mencari informasi yang mendukung pandangan kita dan menolak informasi yang berlawanan dengan pandangan kita.
Confirmation bias sama halnya dengan mempercayai bahwa dengan menyaksikan angsa putih lainnya dapat menyangkal fakta tentang keberadaan angsa hitam di muka bumi yang benar adanya. Cara berpikir seperti ini adalah cara berpikir yang aneh dan berbahaya, namun inilah sifat manusia.
Manusia senang bercerita. Dengan bercerita, sesuatu yang sulit dijelaskan menjadi lebih mudah dipahami. Cerita membuat satu informasi dengan informasi lainnya saling berkaitan sehingga mudah untuk diingat. Namun, cerita memiliki sisi negatifnya sendiri. Ketika mendengar cerita, sering kali kita melakukan tafsir yang berlebihan terhadap cerita tersebut. Kita lebih senang untuk mendengarkan cerita yang singkat, padat dan menarik dibandingkan dengan mengetahui fakta mentah dari suatu hal.
Tetapi, mengapa kita melakukannya? Pada masa yang penuh dengan informasi seperti sekarang, kita tidak mungkin bisa memahami semua hal yang terjadi di sekeliling kita. Karena itu, otak kita hanya memilih informasi yang penting menurut kita. Suatu informasi akan semakin mudah kita ingat jika informasi tersebut tersusun dengan jelas, sederhana, tidak acak, dan mempunyai alur cerita. Sayangnya, ketika kita menyederhanakan sebuah informasi, kita lupa bahwa akan selalu ada faktor “angsa hitam” yang ikut berperan di dalamnya.
Faktanya, buku The Black Swan itu membabat habis hasil “terprediksi” yang kita alami semua. Dan dalam menjalani kehidupan, kita akan sering berhadapan dengan angsa hitam. Tidak ada acara untuk menghindarinya. Yang bisa kita lakukan adalah tetap waspada dan mempersiapkan diri agar dampak buruk yang diakibatkan dapat diminimalisir. Tanyakan kepada dirimu hal penting apakah yang sering kamu abaikan selama ini? Mungkin angsa hitam dapat menyerangmu dari sisi terlemahmu. Mulai isi rongga-rongga kosong yang selama ini kamu biarkan rapuh. Dengan begitu, jika angsa hitam datang menghampirimu, kamu tidak akan kebingungan mencari cara untuk menghadapinya.