Strategi Funneling Untuk Digital Marketing

Strategi Funneling Untuk Digital Marketing

Apa itu funneling ?

“Funneling” memiliki kata dasar dalam bahasa inggris “Funnel” yang jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia artinya corong. Funneling bisa diartikan membuat corong. Dianalogikan corong karena memasarkan suatu produk itu prosesnya berbentuk seperti corong.

Secara sederhana, funneling bisa diartikan tahapan yang telah dilalui oleh orang-orang yang sama sekali belum mengenal produk/jasa (belum siap membeli) yang pada akhirnya menjadi pembeli atau customer.

Proses transformasi dari belum siap membeli menjadi pembeli ini dilakukan dengan memanfaatkan berbagai aset yang dimiliki pemasar. Aset-aset ini memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan calon pembeli (target market) sehingga mereka memahami mengapa harus membeli produk utama Anda.

Apa Saja Tahapan Strategi Funneling ?

Model AIDA merupakan sebuah singkatan dari Awareness, Interest, Desire, dan Action. Model ini menjelaskan proses bagaimana konsumen mengambil keputusan dalam membeli sebuah produk. Dari yang awalnya mereka mengetahui keberadaan sebuah produk (aware), lalu mulai tertarik dengan produk tersebut (interest), memiliki keinginan atau hasrat untuk membeli produk tersebut (desire), hingga akhirnya konsumen tersebut benar-benar membeli produk yang diinginkan (action). Ya, inilah dasar tahapan strategi funneling yang biasa digunakan dalam pemasaran. Berikut ini tahapan-tahapannya secara rinci :

1. Awareness (Kesadaran)

Funnel teratas dapat disebut dengan awareness atau kesadaran. Kesadaran di sini adalah apakah orang-orang sudah sadar tentang produk yang Anda tawarkan. Apakah mereka pernah mendengar atau pernah mengetahui tentang bisnis yang dilakukan oleh Anda. Selain itu, kesadaran dalam tahap ini juga termasuk manfaat apa yang Anda ceritakan kepada mereka. Anda harus tahu betul produk apa yang Anda jual dan mempelajarinya lebih lanjut tentang produk tersebut.

2. Interest (Ketertarikan)

Selanjutnya funnel kedua yaitu interest atau ketertarikan. Kunci pada tahap ini adalah mengapa produk dan service Anda bernilai untuk calon customer. Tahap ini dimulai dengan menggiring atau mendatangkan serta meyakinkan calon customer agar tertarik dulu pada sebuah proses dari sebuah lead yang belum mengenal menjadi kenal. Jika Anda dapat membangun awareness dan brand visibility yang bagus, akan membuat calon customer menjadi ingin tahu. Kita harus mampu menjelaskan dengan baik apa keunggulan produk kita yang menonjol dibanding produk sejenis yang dimiliki pesaing. Berikan konten-konten yang dirasa relevan dan dibutuhkan oleh calon customer. Yang tidak kalah penting, sajikan konten-konten tersebut dengan visualisasi yang menarik, seperti gambar, video tutorial atau infografik.

3. Decision (Keputusan)

Funnel selanjutnya adalah decision atau keputusan. Pada tahap ini prospek yang dituju adalah mengarahkan keputusan visitor untuk membeli, menggunakan, mencoba produk atau jasa yang Anda tawarkan. Saatnya kita melakukan follow up (menindaklanjuti) dengan menawarkan promo-promo menarik, seperti potongan harga, free ongkos kirim, atau memberikan gift tertentu. Selain itu, juga dapat menambahkan informasi terkait testimoni yang diberikan oleh pelanggan yang selama ini telah menggunakan produk Anda. Testimoni ini sangat penting untuk menambah trust (kepercayaan) dan keyakinan visitor kita. Yang sebelumnya sudah mulai tertarik, visitor dapat lebih yakin hingga akhirnya membantu mengambil keputusan pembelian. Mereka pun akan menunjukkan ketertarikan itu dengan menghubungi Anda selaku penjual produk atau jasa.

4. Action (Tindakan)

Funnel terakhir adalah action atau aksi. Di sini konsumen sudah memiliki minat yang pasti terhadap pelayanan Anda dan mereka siap membeli. Mereka sudah mempunyai penilaian bahwa produk Anda tampaknya dapat dipercaya dan dapat mengatasi masalah mereka. Jika konsumen merasa puas dengan produk atau layanan yang Anda jual, bisa saja mereka melakukan pembelian yang berulang. Dalam tahap yang terakhir ini, perlu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan. Anda dapat menawarkan program seperti Loyalty Rewards atau Membership Program sehingga tentunya akan memungkinkan konsumen menjadi konsisten datang kembali untuk membeli produk atau jasa Anda. Program-program seperti ini dapat meningkatkan keterikatan dan rasa memiliki pelanggan. Secara tidak langsung, pelanggan-pelanggan tersebut juga menjadi marketer dari usaha kita.

Bagaimana Evaluasi Strategi Funneling?

Setiap strategi pemasaran yang dilakukan, tentu memiliki tujuan atau objektif, sehingga pada akhirnya tujuan ini dapat kita evaluasi apakah tercapai atau tidak, apakah strategi pemasaran yang kita lakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dituju. Begitu pula dengan digital marketing, khususnya pada strategi funneling. Sebagai sang market/pemasar harus mampu melakukan evaluasi apakah program campaign atau iklan yang dilakukan melalui online telah mampu mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa mengukur pertumbuhan audienceengagement rate, dan lead generation funnel. Agar lebih mudah, mari simak berikut ini :

1. Mengukur Pertumbuhan Audience

Kita perlu mengukur pertumbuhan atau kenaikan audience (pemirsa) pada toko online kita. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah platform apa yang digunakan, karena cara mengukur pertumbuhan audience berbeda untuk setiap platform nya. Bagi Anda yang sering menjual produk melalui media sosial, berikut ini penjelasan untuk masing-masing media sosial :

Youtube : Bagi yang menggunakan Youtube, maka untuk dapat mengukur jumlah pertumbuhan audience yaitu dengan mencatat berapa jumlah viewer (penonton) dari setiap video yang ditayangkan dan berapa subscriber (pengikut) pada periode waktu tertentu. Apakah ada penambahan subscriber setelah kita upload video terbaru kita, atau apakah ada penambahan jumlah viewer dari video sebelumnya.

Twitter dan Instagram : Melalui dua platform ini, Anda dapat melihat berapa jumlah follower yang mengikuti akun kita. Bandingkan jumlah follower tersebut dari waktu ke waktu tertentu, apakah stagnan, meningkat, atau justru menurun.

Facebook Fanpage : Di Facebook Fanpage, Anda dapat mencatat jumlah fans pada halaman produknya. Setelah melakukan campaign,  Anda dapat menghitung berapa jumlah teman Facebook yang mulai menjadi fans pada halaman produk kita.

2. Mengukur Engagement Rate

Maksud dari engagement rate adalah berapa besar audience yang berinteraksi dengan produk kita. Layaknya mengukur pertumbuhan audience, cara mengukur engagement rate juga berbeda untuk setiap platform nya. Berikut ini pengukuran engagement rate bagi penggunaan media sosial :

Youtube : Untuk mengetahui berapa besar audience yang berinteraksi dengan kita yaitu Anda dapat memperhatikan jumlah komentar yang diberikan di video kita, berapa kali video atau konten tersebut dishare, dan jumlah rate (like or dislike – suka atau tidak suka) pada video tersebut.

Twitter : Di Twitter, Anda juga dapat menghitung seberapa besar jumlah follower yang me-retweet atau me-reply pesan yang kita posting, menggunakan hashtag yang kita gunakan, dan mengirim pesan pribadi secara langsung atau direct message.

Instagram: Dalam media sosial ini dapat dilakukan dengan menghitung jumlah like, komentar, share konten yang kita buat ke instagram story, serta direct message yang dikirim ke akun kita. Agar mudah dalam mengumpulkan data, sebaiknya menggunakan profil akun bisnis. Dengan menjadi profil akun bisnis maka akan dapat insight menarik terkait berapa banyak audience yang mengunjungi akun kita, bagaimana profil respondennya, seberapa besar interaksi yang dilakukan, dan lain sebagainya.

Facebook Fanpage: Di Facebook Fanpage juga dapat menghitung berapa jumlah klik, komentar, dan jumlah share terkait postingan kita.

3. Mengukur Lead Generation Funnel

Lead generation funnel bisa diartikan sebagai jumlah konversi dari yang mengetahui produk menjadi melakukan transaksi. Untuk dapat mengevaluasinya, harus mampu menghitung Return on Investment (ROI). Dalam investasi ke digital marketing, jenis ROI yang secara umum dapat digunakan sebagai bahan evaluasi adalah profit atau laba, yaitu dengan menghitung berapa keuntungan bersih setiap penjualan atau setiap transaksi, berapa jumlah rata-rata pembeli yang didapat dari sebuah campaign, dan berapa total profit harian, mingguan, bahkan bulanan. Bagi seorang pelaku bisnis, menghitung ROI penting dilakukan agar apa yang telah diinvestasikan sebagai modal tidak terbuang secara sia-sia.

Sumber Referensi :
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/314
https://trikbisnisonline.com/funneling-rahasia-sukses-para-digital-marketer.html
https://www.mbizmarket.co.id/news/funneling-sebagai-strategi-penjualan-untuk-bisnis-online/

Post Your Thoughts

Related Posts
Apa Itu Gaya Hidup(Plumer Gaya)?? Simak Berikut ini

Apa Itu Gaya Hidup(Plumer Gaya)?? Simak Berikut ini

Pengertian Gaya Hidup atau Plumer Gaya Gaya Hidup atau Plumer Gaya merupakan kata lain dari…

Merger atau Akuisisi, Mana Yang Cocok Untuk Ekpansi Bisnis?

Merger atau Akuisisi, Mana Yang Cocok Untuk Ekpansi Bisnis?

Istilah "Merger dan Akuisisi" bukanlah hal yang asing lagi di dalam dunia bisnis. Merger atau…

STARTUP DI INDONESIA MULAI TUMBUH ATAU TUMBANG?

STARTUP DI INDONESIA MULAI TUMBUH ATAU TUMBANG?

Indonesia mengawali tahun 2023 dengan PHK massal bagi para pekerja startup. Hal ini pun semakin menegaskan…

Close

Whatsapp Chat

Would you like to see our space before joining? Come and visit our coworking space. Please fill out the form and our manager will get back asap.