Taman Jurug, yang kini dikenal dengan nama Solo Safari, merupakan salah satu objek wisata di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Taman ini memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1878.
Pada tahun 1878, Sri Susuhunan Pakubuwono X membangun sebuah taman yang diberi nama Taman Sriwedari. Taman ini awalnya dibangun sebagai tempat beristirahat bagi keluarga raja. Namun, seiring berjalannya waktu, taman ini juga dibuka untuk umum.
Setelah itu tahun 1901, Sri Susuhunan Pakubuwono X mulai mengoleksi hewan-hewan untuk dipelihara di Taman Sriwedari. Namun, seiring berjalannya waktu, koleksi hewan ini semakin bertambah dan beragam, termasuk hewan-hewan dari luar negeri, seperti singa, harimau, dan zebra.
Taman Sriwedari mengalami kerusakan akibat kebakaran pada tahun 1972. Pemerintah Kota Surakarta kemudian memutuskan untuk membangun kembali taman ini. Pembangunan taman ini dilakukan oleh PT Bengawan Permai.
Tahun 1976, Taman Sriwedari diresmikan kembali dengan nama Taman Satwa Taru Jurug. Taman ini menjadi kebun binatang pertama di Jawa Tengah.
Setelah direvitalisasi pada tahun 2023, Taman Satwa Taru Jurug berganti nama menjadi Solo Safari. Taman ini kini menjadi destinasi wisata edukasi yang lebih menarik dan modern.
Kawasan wisata edukasi satwa, Solo Safari, merupakan destinasi yang menakjubkan di Surakarta, Jawa Tengah, yang memiliki luas 13,9 hektare. Tempat wisata ini berlokasi di Jl. Ir. Sutami No.109, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126.
Sebuah perubahan drastis terjadi setelah revitalisasi dari apa yang dulunya dikenal sebagai Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Solo Safari merupakan wajah baru dari Taman Satwa Taru Jurug yang sudah beroperasi selama lebih dari empat dekade.
Sebelumnya, TSTJ memiliki beberapa kekurangan yang signifikan, terutama terkait keamanan pengunjung, keselamatan satwa, serta keterbatasan dalam jumlah dan variasi satwa. Namun, dengan perubahan menjadi Solo Safari, terdapat transformasi yang luar biasa dalam berbagai aspek.
Salah satu perbedaan mencolok terletak pada ruang dan keamanan kawasan. Dulu, TSTJ dianggap kurang aman, terutama bagi anak-anak. Namun, setelah revitalisasi, Solo Safari menawarkan lingkungan yang lebih aman dan terjaga. Pengunjung merasa nyaman dan aman, terutama bagi keluarga dan anak-anak.
Saat ini, Solo Safari memiliki koleksi satwa yang jauh lebih banyak dan beragam. Dibandingkan dengan masa TSTJ, jumlah satwa di sini lebih mencolok dan beragam.
Perbandingan dengan kebun binatang di luar kota menunjukkan keunggulan Solo Safari dalam kesesuaian dengan kekinian dan atmosfer keluarga. Di sini, suasana modern dan ramah keluarga terpancar dalam setiap sudutnya. Pepohonan yang rimbun memberikan nuansa sejuk dan teduh, menambahkan keasrian alam bagi pengunjung.
Dengan perubahan-perubahan tersebut, Solo Safari kini menjadi destinasi wisata edukasi yang lebih menarik dan modern.