Hai keluarga samara,
Dalam artikel kali ini saya akan mengupas mengenai beberapa pesona motif batik Solo. Penasaran gak sih kalian motif mana aja yang mampu membuat terpesona? Nah, untuk mengetahui jawabannya kamu harus baca artikel ini sampai selesai ya. Siapa tahu bisa mengobati rasa penasaranmu tentang pesona batik Solo😊. Seperti yang telah kita tahu, batik merupakan warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Indonesia memiliki keanekaragaman motif batik yang begitu mempesona di setiap daerah, salah satunya adalah pesona batik Solo. Setiap goresan motif batik memiliki makna yang mengandung suatu pesan yang ingin disampaikan. Kota Solo terkenal dengan produksi khas batiknya, terutama batik tulis. Batik tulis Solo memiliki ciri khas, pewarna yang digunakan untuk membatik menggunakan bahan alam, yaitu soga.
Berikut ini beberapa motif mengenai pesona batik Solo :
Sidomukti berasal dari kata ‘sido’ yang artinya jadi, dan ‘mukti’ yang artinya makmur, sejahtera, berkecukupan, mulia. Batik motif ini sering dipakai sepasang pengantin Jawa khususnya Solo di pelaminan, dimaksudkan supaya dalam mengarungi hidup baru akan dilimpahi keberkahan, rezeki, bahagia selamanya. Motif ini menggambarkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, penuh kesejahteraan, selalu ingat Tuhan, hidup dalam kemuliaan.
‘Truntum” sering dimaknai penuntun. Pada mulanya perempuan Jawa khususnya perempuan Solo yang sudah menjadi orang tua biasanya memakai kain batik motif truntum ini, maksudnya ia diharapkan menjadi penuntun atau panutan bagi anak-anaknya. Lebih khusus lagi dalam prosesi pernikahan Jawa khusunya Solo, orang tua pengantin biasanya memakai motif ini. Motif truntum ini diciptakan Kanjeng Ratu Kencana, yakni Permaisuri dari Sunan Paku Buwana III. Mempunyai makna cinta yang dapat tumbuh kembali.
Batik dengan motif sawat ini berasal dari sawat atau sayap. Zaman dulu motif ini dianggap sakral, hanya digunakan raja dan keluarganya. Motif ini sering dimaknai dengan burung garuda sebagai kendaraan untuk Dewa Wisnu dengan lambang raja atau kekuasaan. Hingga saat ini, motif dari batik sawat ini masih sering digunakan pasangan pengantin untuk prosesi pernikahan. Filosofi batik sawat diyakini dapat melindungi kehidupan si pemakainya.
Batik Parang adalah salah satu motif batik paling tua di Indonesia. Kata Parang sendiri berasal dari ‘pereng’ yaitu lereng. Perengan digambarkan sebuah garis menurun dari yang tertinggi kepada yang terendah dengan diagonal. Susunan motif S saling menjalin, tidak terputus, melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar dari huruf S sendiri diambil dari ombak samudera yang menggambarkan semangat tak pernah padam. Motif ini telah ada dari zaman Keraton Mataram Kartasura, lambang semangat, kokoh laksana batu karang, walau selalu diterjang ombak, tetap berdiri tegak. Motif ini juga bermakan kesinambungan, tidak pernah putus memperbaiki diri dan memperjuangkan kesejahteraan dalam kehidupan.
Batik Solo motif kawung membentuk bulatan mirip buah kawung sejenis buah kolang-kaling atau buah kelapa. Motif batik kawung dimaknai sebagai bunga teratai yang memiliki 4 lembar daun bunga merekah. Bunga teratai bagi orang Jawa, sering diartikan kesucian atau umur panjang. Di masa lalu, batik dengan motif kawung hanya dapat dipergunakan kalangan kerajaan. Memakai batik bermotif kawung bisa mencerminkan kepribadian seorang pemimpin yang mampu menjaga hati, mampu mengendalikan hawa nafsu sendiri.
Motif satrio manah ini biasa dipakai oleh wali pengantin pria pada saat prosesi lamaran atau meminang calon pengantin perempuan. Makna dari motif batik ini adalah agar lamaran diterima oleh pihak calon pengantin perempuan beserta keluarganya.
Batik motif semen rante atau rantai melambangkan cinta, biasanya dipakai perempuan dalam prosesi lamaran. Artinya bahwa sejak dipinang hingga selamanya hati perempuan yang memakai batik ini selalu terikat pada pria yang akan menikahinya. Kata semen diambil dari kata semai, artinya agar cinta di antara sepasang kekasih ini selalu bersemi. Secara keseluruhan batik motif semen rante menyiratkan sebuah ikatan yang kokoh. Ornamen motif semen terdiri dari tiga bagian, pertama ornamen berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua, ornamen berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. Ketiga, ornamen berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Motif ini berhubungan dengan paham triloka atau tribawana, ajaran tentang adanya tiga dunia, dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar atau dipenuhi angkara murka.