Dalam dunia akademik (sekolah atau kuliah) tidak heran jika seseorang yang dikenal pintar pasti banyak dipuji oleh orang sekitar, teman-teman bahkan oleh para guru atau dosen. Sedangkan seseorang yang rajin sering tidak dilihat oleh orang sekitar, guru atau dosen bahkan oleh teman-temannya. Karena seseorang yang rajin, orang lain melihatnya pun hanya suatu hal yang biasa saja. Pintar umumnya menjadi hal yang dikejar oleh kebanyakan orang. Dan itu bukanlah sesuatu yang salah. Tapi tahukah kamu? Dalam realita dunia akademik, tidak melulu orang yang pintar selalu menjadi yang terbaik dari orang rajin.
Setiap orang akan punya perspektif masing – masing dalam menilai hal ini. Jika terbiasa rajin, kita akan otomatis bisa rajin dengan mudah di lingkungan baru, tetapi belum tentu pintar. Jika pintar, kita bisa melihat kejadian – kejadian secara lebih dalam, menghubungkan hal – hal baru dengan hal – hal yang telah diketahui, mengambil keputusan secara lebih tepat, lebih mudah belajar hal baru, tetapi juga belum tentu rajin dan menjadi yang terbaik.
Sebenarnya, orang yang rajin memiliki semangat yang lebih dibanding orang yang pintar. Orang rajin akan melakukan apa yang sudah dikerjakannya agar cepat selesai untuk bisa melakukan pekerjaan lainnya. Pantang menyerah dalam melakukan sesuatu, terus berusaha untuk mendapatkan jawabannya. Walaupun orang rajin tidak pintar, tapi dengan ia rajin belajar maka bukan tidak mungkin ia bisa mencapai orang pintar.
Dengan rajin, kamu pun bisa menjadi pintar. Kepintaran akan datang padamu jika kamu rajin belajar. Sebab apabila berusaha untuk rajin terus menerus yang pasti kita akan pintar. Sedangkan, pintar akan hilang begitu saja jika kamu tidak ‘rajin’ belajar untuk melatih kepintaranmu itu. Seseorang yang rajin akan mencari cara agar ia bisa melakukan apa yang belum bisa dilakukan saat ini dan mengatakan “belum bisa”. Sedangkan orang pintar akan mengatakan “tidak bisa” sebelum mencoba. Maka bisa dikatakan, rajin adalah satu-satunya cara untuk kamu menjadi seseorang yang pintar.