Akhir-akhir ini publik dikejutkan dengan isu mega merger perusahaan startup. Sebelumnya Grab dan Gojek diisukan merger, kini kemudian merger Gojek dengan Tokopedia. Rencana merger dua startup jasa transportasi on demand Gojek dengan e-commerce Tokopedia dinilai posisi bisnis keduanya akan semakin kuat. Dengan adanya merger tersebut, Gojek dan Tokopedia akan menguasai pasar ekonomi digital dalam negeri.
Gojek dan Tokopedia sendiri dikabarkan sudah saling pendekatan untuk mempertimbangkan potensi merger sejak 2018. Merger antara dua perusahaan rintisan asal Indonesia ini jika terwujud tidak akan menciptakan monopoli di pasar digital Indonesia. Hal ini menjadi langkah strategis dan taktis karena dilakukan oleh dua entitas bisnis yang memiliki segmen usaha berbeda. Gojek berfokus pada bisnis ride-hailing sedangkan Tokopedia mengoptimalkan pasar e-commerce.
Dengan merger yang berada disegmen bisnis berbeda ini bakal saling melengkapi guna sebagai strategi yang sangat taktis dalam menghadapi pandemi saat ini. Penggabungan tersebut akan memperkuat dari segi ekosistem dan portofolio bisnis keduanya, yakni mencakup ride-hailing serta turunan bisnisnya dan pembayaran online hingga e-commerce. Bisnis keduanya akan sangat luas dengan cakupan dari pemesanan kendaraan, jasa pembayaran, hingga belanja dan pengiriman secara online.
Selain itu, adanya merger kemungkinan Tokopedia bisa menjadi decacorn menyusul Gojek. Sebelumnya Gojek mencatatkan valuasi di atas US$10 miliar dan mencatatkan diri menjadi perusahaan decacorn pertama di Indonesia. Merger ini bakal mampu mengukuhkan posisi keduanya dalam bisnis digital di Indonesia, dimana Tokopedia akan menjadi next decacorn juga yang menyusul Gojek.
Aksi merger startup paling bernilai di Indonesia ini jika terjadi maka akan membawa banyak manfaat terutama bagi pertumbuhan UMKM dan pasar digital Indonesia. Hal tersebut karena kedua startup Gojek dan Tokopedia selama ini selalu mendukung pertumbuhan UMKM melalui berbagai lini bisnis yang dioperasikannya.