Bercerita dengan seseorang yang dapat dipercaya saat ada masalah yang dirasa sulit adalah salah satu solusinya. Mungkin jawaban yang sering kali diberikan adalah “semangat jangan menyerah”, “selalu bersyukur ya” dan jawaban positif lainnya. Meski begitu, bagi sebagian orang, ucapan seperti itu cukup ampuh mematahkan pikiran dan perasaan buruk mereka. Namun, siapa sangka bagi sebagian lainnya, kata-kata positif justru bisa menjadikan depresi dan memengaruhi kesehatan mental mereka. Pasti kamu bingung kan jika ucapan yang positif malah menimbulkan efek negatif pada seseorang. Faktanya, berpikir dan bersikap positif yang berlebihan di segala situasi untuk menjalani kehidupan bisa berujung pada toxic positivity. Berikut ulasan lengkapnya!
Toxic Positivity mengarah kepada suatu keadaan di mana seseorang selalu berpikir dan bersikap postif yang berlebihan dalam melihat suatu kondisi apapun keadaannya. Dimana pikiran negatif dalam diri berusaha untuk dihilangkan dengan saran yang bersifat membangun. Hal ini berarti hanya fokus kepada hal positif tanpa menghiraukan hal-hal yang memicu terjadinya emosi negatif pada dirinya. Orang ini percaya jika dengan selalu berpikir positif dapat menjadi cara yang tepat untuk mengatasi semua masalah.
Sikap seperti ini cepat atau lambat bisa mematikan respon kewaspadaanmu terhadap situasi buruk yang akan menimpamu. Ketika Anda menyangkal atau menghindari emosi yang tidak menyenangkan, Anda justru akan terjebak pada emosi-emosi negatif yang menjadi lebih besar dan signifikan karena emosi tersebut tidak terproses. Tentunya, hal ini tidak baik. Sikap positif yang malah bisa menjadi sebuah masalah besar dalam diri kita.
Melakukan toxic positivity bisa menimbulkan beberapa dampak negatif mulai dari yang ringan sampai berat, diantaranya:
Seseorang yang selalu fokus pada toxic positivity pada akhirnya dapat mengalami kebingungan emosi yang timbul dalam dirinya. Gangguan tersebut dapat membuat pengidapnya tidak berpikir secara realistis. Jika terus dibiarkan begitu saja maka rasa kebingungan akan sesuatu yang dihadapi dapat timbul. Dengan begitu pengidapnya akan sulit untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
Orang yang berada pada toxic positivity akan sulit menggambarkan perasaan negatif pada dirinya. Sehingga, dia tidak dapat mengeluarkan rasa marah dan kesal terhadap suatu hal yang tidak menyenangkan. Hal tersebut mengakibatkan orang di sekitar tidak tahu masalah yang dirasakan dan terus beranggapan jika semua baik-baik saja. Jika sudah seperti ini, ada baiknya untuk mendapatkan penanganan dari psikolog.
Dalam jangka panjang, orang yang terjebak toxic positivity akan mengalami stress. Hal ini terjadi akibat perasaan menyangkal emosi negatif yang ada pada dirinya menyebabkan buruknya pengelolaan stress yang dimilikinya. Padahal dengan menerima emosi negatif tersebut membuat kamu lebih bisa mengendalikan diri sehingga mengoptimalkan sistem pengelolaan stress yang tubuh kamu miliki.
Berusaha membohongi diri sendiri membuat kamu akan merasa tidak percaya diri. Hal ini terjadi akibat perasaan malu yang timbul akibat toxic positivity yang kamu lakukan pada dirimu sendiri. Pelaku toxic positivity akan menyangkal emosi negatif yang ada pada dirinya di depan orang lain. Namun, ketika emosi negatifnya meluap, umumnya pasti akan merasa malu dan berusaha sembunyi dari keadaan. Rasa malu dapat melumpuhkan semangat manusia dan salah satu perasaan yang tidak nyaman sehingga bisa menimbulkan tidak percaya diri.
Agar tidak berkepanjangan menjadi individu yang mengalami toxic positivity, berikut cara yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi perilaku ini demi menyeimbangkan hidup.
Dengan mengenal dan menerima diri sendiri akan membuatmu bisa menerima emosi negatif yang masuk pada dirimu. Selain itu, kamu juga bisa meredamnya agar tidak menularkan emosi negatif pada orang lain dengan saran-saran positif yang kamu berikan tanpa mengetahui akar masalah lawan bicaramu.
Segala pikiran negatif itu tidak selamanya berarti buruk. Oleh karenanya, kamu harus mampu membedakan dan mengidentifikasi pikiran negatif dalam dirimu. Salah satu contohnya adalah selalu berpikiran negatif terhadap orang asing, hal ini bagus karena bisa meningkatkan kewaspadaan diri tetapi perlu diingat tidak semua orang asing itu jahat dan akan menyakitimu.
Ketika merasakan ada masalah maka cobalah saat itu untuk mengekspresikan emosi yang ada pada dirimu ke dalam sesuatu hal yang positif seperti berolahraga, menggambar, ataupun menulis. Dengan begitu, segala macam emosi yang kamu rasakan dalam dirimu pun terluapkan.